Mohon tunggu...
Ahmad Arpan Arpa
Ahmad Arpan Arpa Mohon Tunggu... Freelancer - Filsuf

Alumnus Unindra-Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Writer Enthusias, a ghost writer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sunyi Itu Bunyi yang Sembunyi

9 Maret 2023   22:38 Diperbarui: 9 Maret 2023   22:42 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertengahan malam mataku tiba-tiba membelalak sesaat saja terdengar gemericik air yang tumpah di kamar mandi sebab keran yang lupa dimatikan. Jam di HPku masih menunjuk 13.42. Sulit sekali bagiku untuk dapat tidur nyenyak aku pun tak kenal apa itu deep sleep, yang aku tau hanyalah mata yang tertutup diwaktu mentari meredup. Aku kembali ke kamarku, mencoba untuk tidur. Tidak bisa. Aku kembali lagi ke kamar mandi untuk berwudu, semoga saja setelah solat tahajud bisa tertidur pulas.

"Ayo Lisa, sudah waktunya untuk tidur" gumamku sedikit kesal

Tepat jam 06.00 alarm di HPku berbunyi sambil menggetarkan tilam. Lisa yang baru menyentuh kasur tak menyangka tiba-tiba sudah pagi. Beruntungnya hari ini minggu, tak terlalu terburu-buru untuk berangkat kerja. Ada berita apa hari ini, aku yang bertahun-tahun jadi budak korporat jarang sekali menonton tivi. Hari-hari kerja berangkat gelap pulang pun gelap. Tidak ada waktu untukku nonton tivi atau sekadar memanjakan diriku sendiri.

Baca juga: Kapitalisme Cinta

(KOMPAS TV)

["Harta kekayaan Rafael dari tahun ke tahun terus bertambah. Dan yang membuat publik mengucap 'wooww', setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir, harta Rafael naik drastis hingga Rp 35,7 miliar. Di tahun 2011 harta Rafael mencapai Rp 20,4 miliar. 

Namun di tahun 2021 hartanya naik dua kali lipat lebih, mencapai Rp 56,1 miliar. KPK juga telah mengantongi dan memburu nama konsultan pajak yang diduga menjadi nominee Rafael Alun Trisambodo (RAT). Adapun konsultan pajak itu, diduga melarikan diri ke luar negeri. Sebagai informasi, nominee merupakan modus yang kerap digunakan pelaku tindak pidana pencucian uang (TPPU) untuk menyamarkan harta kekayaan dengan cara pelaku melakukan transaksi atas nama orang lain atau nominee."]

Baca juga: Sajak Anak Nakal

"Astagaaaaaaa, banyakan duit dia yang dicuci dibanding pakaian kotorku. hahaha"

KOMPAS TV

["Harga beras dan minyak goreng curah yang terus merangkak naik. 'Beras naik terus dari Rp 10.000 ke Rp 12.000 per kilogram sekarang, kemudian minyak, sekarang mahal semua tidak ada yang murah. Dulu Rp 9.000 sekarang sudah sampai Rp 15.000," ungkap Fitri pedagang pasar yang telah berjualan selama 7 tahun di Pasar Anyar juga berharap Pasar Anyar ditata kembali. Sebab, hampir sebagian besar pedagang tidak mau berjualan di lantai dua pasar."]

Baca juga: Edelweis di Matanya

"Setiap hari harga sembako naik terus tapi price gw kok gak naik-naik ya udah lima tahun"

Sudah nyaris menjadi rutinitas bahwa setiap pacar Lisa libur pasti selalu datang menemuinya. Kadang bertemu dari pagi, kadang dari siang, bahkan malam dan tak segan untuk menginap lalu pulang berbarengan dengan suara kokok ayam. Kevin seorang pria biasa-biasa saja tapi bisa membuatku sangat nyaman. Dia juga tipe pria yang ceria dan suka berbicara apa adanya. Setiap datang ke rumahku dia selalu saja membawa sekantong plastik berisi gorengan. Setiap aku tanya kenapa membawa gorengan, dia selalu jawab "kalo bawa martabak belum ada yang buka harus nunggu malem dulu". Entah kenapa aku sangat bangga bisa menjadi wanita yang dicintainya.

tok.. tok.. tok...

"Lisa!"

"Iya tungu!" berlari kecil menuju pintu

Aku kira yang datang Kevin, ternyata Gilsa. Aku bertemu dengan dia pertama kali waktu SMP. Teman nongkrong yang sampai saat ini masih setia menemani. Gilsa orangnya pendiam sangat tertutup tapi sangat cerdas. Setiap aku tanya sesuatu yang sedang viral dia selalu bisa menjawabnya bersamaan dengan bukti yang dia bisa tunjukkan. Suatu malam aku pernah tidak sengaja bertemu dengannya di hotel bilangan Darmawangsa bersama laki-laki yang aku pikir itu bapaknya. 

Untung saja dia tidak melihatku karena waktu itu aku menuju rumah menggunakan taksi. Entah apa yang aku pikirkan saat itu. Aku yang sudah berteman bertahun-tahun, baru malam itu melihatnya berpakaian yang nyaris telanjang. Aku tetap berpikir positif sampai suatu ketika aku melihat dus kondom yang tersimpan di dalam tas kecilnya.

Aku harap apa yang aku pikirkan tentang Gilsa tidak tepat. Tidak mungkin dia menjual dirinya semudah itu. Dia bertubuh sintal, tinggi, dan berkulit putih. Rasanya tak mungkinlah dia melakukan hal itu. Lagi pula dia juga punya pacar. Pacarnya lumayan tampan dan juga mapan tapi berbahaya. Alvin pacar Gilsa pernah mengajakku untuk ikut jalan-jalan ke Makasar tapi Gilsa tidak boleh sampai tau. Aku langsung tolak ajakkan itu saat itu juga. Memangnya aku cewek macam apa dia coba-coba memainkan sahabatku sendiri. 

Gila betul memang si Alvin, tak hanya sekali dua kali dia mencoba untuk mengajakku pergi berdua tapi hampir setiap minggu dia mengajakku untuk pergi berdua. Aku tak pernah menceritakan soal ini ke Kevin, aku takut dia akan merasa tidak tenang yang penting aku tidak macem-macem, aku bisa menjaga diriku sendiri dengan baik.

Alvin bukan satu-satunya orang yang pernah mengajakku untuk jalan berdua atau bahasa kerennya itu berkencan. Sebelumnya, atasanku di kantor juga beberapa kali merayuku untuk dinikahinya tapi dia tidak pernah berani kalau aku ajak bicara langsung ke keluarga besarku. 

Ada lagi si Dito teman kantorku, dia genit dan aku membencinya kadang ia pura-pura memberikan sesuatu untukku padahal dia ingin menggenggam tanganku. Dasar laki-laki modus. Entah kenapa laki-laki terlalu mudah untuk menebar janji bahkan tak pikir-pikir untuk mengeluarkan uang banyak hanya untuk mengajakku kencan. Aku tidak paham jalan pikir laki-laki karena selama tidak ada yang seperti Kevin aku rasa tidak ada yang bisa merebut cintaku walau separuh.

Aku baru saja mendapat telpon dari Gilsa, kalau dia ingin dijemput. Kebetulan hari ini aku bisa pulang agak cepat yang biasanya aku pulang kerja pukul 20.00, sekarang bisa 18.30. Mungkin senang sekali ya rasanya kalau waktu kerjaku bisa sesuai dengan yang tertulis dikontrak kerja, yaitu delapan jam sehari libur dua hari. "Walah dalah, aku kerja nyaris seperti satpam kantor dua belas jam" Gilsa baru saja mengirimkan lokasinya lewat chat whatsapp, aku bergegas langsung menjemput Gilsa.

"Lhooo, ini kok apartemen ya ternyata"

Tidak lama Gilsa, keluar dari lobby apartemen. Aku perhatikan wajahnya murung tidak seperti biasanya. Matanya sembab seperti orang yang habis nangis.

"Aku nginep di rumahmu ya" ujar Gilsa

"Tumben, ada apa?"

"Gapapa, aku mau nginep aja"

"Ok" jawabku ragu

Setibanya di kamarku Gilsa langsung menangis tersedu-sedu sesekali ia menjerit. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Pertanyaan apa yang sekiranya tepat untuk aku tanyakan dan tak perlu menimbulkan pertanyaan lagi. Sudah satu jam lebih Gilsa menangis, aku tidak tega melihatnya. 

Mungkin satu pertanyaan cukup untuk dia bisa bercerita semuanya. Gilsa bukan tipe orang yang banyak bicara atau bercerita. Bahkan ketika sedang kumpul bersama teman-teman di rumahku Gilsa lebih banyak menyimak bahkan seingatku dia tidak suka bergosip. Bagiku ini agak sulit untuk aku lakukan tapi mau bagaimana lagi dia sedang menangis di rumahku. Aku harus cari tau penyebabnya dan semoga saja ia mau menceritakan semuanya.

"Sa, kamu kenapa sih sampai mengangis begitu ceritain dong apa yang kamu rasakan sekarang?"

"Hamil!" teriaknya sambil menangis

"Hah!, apa!!?"

"Aku hamil, Lis!"

Terenyuh hatiku, tak tau apalagi yang harus aku lakukan atau tanyakan. Aku ambil stok tisu di lemari kamarku karena tisu yang ada sudah banyak yang basah dipakai mengelap air mata dan ingus Gilsa. Aku pergi ke dapur membuatkan es teh manis untukku dan Gilsa, mudah-mudahan ini bisa sedikit menenangkan hatinya dan dia bisa mulai cerita tentang semuanya yang dia rasakan.

"Jangan bercanda ah!"

"Aku serius, Lis"

"Siapa yang ngelakuin ini semua?"

"Aku gak tau"

"................." speechless

Dugaan-dugaan yang selama ini selalu ku doakan untuk tidak terjadi ternyata benar terjadi. Gilsa sudah enam tahun diam-diam menjalani pekerjaan sebagai psk. Dia cerita kepadaku kalau dia bekerja sebagai waitress di restoran yang ada di dalam hotel. Dia bilang semua itu berawal dari kecelakaan ketika dia pergi dengan seorang teman perempuan lalu dikenalkan dengan seorang mucikari yang mengelola bisnis prostitusi di daerahnya. 

Pada saat itu memang dia sedang mencari informasi lowongan kerja ke semua teman yang ada di kontak HPnya. Ada salah satu temannya menawarkan pekerjaan sebagai penjaga toko, kemudia Gilsa mengiyakan tawaran tersebut. Keesokan paginya Gilsa dijemput oleh temannya untuk walk-in interview di toko. Toko yang ada dibayangan Gilsa sangat berbeda jauh dengan toko yang ada di depannya saat akan interview. Gilsa yang memiliki postur tubuh sempurna langsung diterima menjadi salah satu talent di "toko" itu.

Gilsa sempat berupaya untuk kabur dari neraka itu, namun salah satu penjaga melihatnya dan langsung menangkapnya. Gilsa yang panik dan ketakutan saat itu langsung dibekap oleh salah satu penjaga dan seketika badannya lemas lalu jatuh pingsan. Ketika sadar Gilsa sudah berada di dalam ruangan yang terkunci dengan cermin besar di tiap sisinya. Seluruh kain yang menempel di tubuhnya pun tanggal dan tidak tau disimpan di mana. Saat itu, Gilsa merasakan nyeri yang luar biasa di sekitar kemaluannya namun ketika ia lihat tidak ada yang aneh dengan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun