Mohon tunggu...
Ahmad Arpan Arpa
Ahmad Arpan Arpa Mohon Tunggu... Freelancer - Filsuf

Alumnus Unindra-Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Writer Enthusias, a ghost writer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sunyi Itu Bunyi yang Sembunyi

9 Maret 2023   22:38 Diperbarui: 9 Maret 2023   22:42 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terenyuh hatiku, tak tau apalagi yang harus aku lakukan atau tanyakan. Aku ambil stok tisu di lemari kamarku karena tisu yang ada sudah banyak yang basah dipakai mengelap air mata dan ingus Gilsa. Aku pergi ke dapur membuatkan es teh manis untukku dan Gilsa, mudah-mudahan ini bisa sedikit menenangkan hatinya dan dia bisa mulai cerita tentang semuanya yang dia rasakan.

"Jangan bercanda ah!"

"Aku serius, Lis"

"Siapa yang ngelakuin ini semua?"

"Aku gak tau"

"................." speechless

Dugaan-dugaan yang selama ini selalu ku doakan untuk tidak terjadi ternyata benar terjadi. Gilsa sudah enam tahun diam-diam menjalani pekerjaan sebagai psk. Dia cerita kepadaku kalau dia bekerja sebagai waitress di restoran yang ada di dalam hotel. Dia bilang semua itu berawal dari kecelakaan ketika dia pergi dengan seorang teman perempuan lalu dikenalkan dengan seorang mucikari yang mengelola bisnis prostitusi di daerahnya. 

Pada saat itu memang dia sedang mencari informasi lowongan kerja ke semua teman yang ada di kontak HPnya. Ada salah satu temannya menawarkan pekerjaan sebagai penjaga toko, kemudia Gilsa mengiyakan tawaran tersebut. Keesokan paginya Gilsa dijemput oleh temannya untuk walk-in interview di toko. Toko yang ada dibayangan Gilsa sangat berbeda jauh dengan toko yang ada di depannya saat akan interview. Gilsa yang memiliki postur tubuh sempurna langsung diterima menjadi salah satu talent di "toko" itu.

Gilsa sempat berupaya untuk kabur dari neraka itu, namun salah satu penjaga melihatnya dan langsung menangkapnya. Gilsa yang panik dan ketakutan saat itu langsung dibekap oleh salah satu penjaga dan seketika badannya lemas lalu jatuh pingsan. Ketika sadar Gilsa sudah berada di dalam ruangan yang terkunci dengan cermin besar di tiap sisinya. Seluruh kain yang menempel di tubuhnya pun tanggal dan tidak tau disimpan di mana. Saat itu, Gilsa merasakan nyeri yang luar biasa di sekitar kemaluannya namun ketika ia lihat tidak ada yang aneh dengan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun