Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Setelah menulis cerpen dan film di Kompasiana (akan dibukukan), sekarang menulis tema religi dan kesehatan. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Film

Evolusi Film Horor (Part 2)

11 Oktober 2024   17:13 Diperbarui: 13 Oktober 2024   18:07 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.riannepictures.com/news/final-girls-week-scream

Era Slasher (1980-an - 1990-an) 

Film horor di tahun 1980-an ditandai dengan maraknya subgenre slasher dengan film-film seperti Halloween (1978), Friday the 13th (1980), dan A Nightmare on Elm Street (1984). Disutradarai oleh John Carpenter, Halloween dianggap sebagai salah satu pelopor genre slasher dan memiliki dampak besar terhadap sinema horor.

Halloween mengikuti cerita Michael Myers, seorang pembunuh berantai yang melarikan diri dari rumah sakit jiwa setelah 15 tahun dikurung karena membunuh saudara perempuannya saat masih anak-anak. Diproduksi dengan anggaran rendah sekitar $300.000, tetapi berhasil meraih pendapatan lebih dari $70 juta, menjadikannya salah satu film horor paling sukses secara finansial.

Friday the 13th mengikuti sekelompok remaja yang bekerja di Camp Crystal Lake, sebuah perkemahan yang sebelumnya ditutup setelah serangkaian kejadian tragis. Ketika mereka kembali untuk membuka perkemahan, satu per satu dari mereka menjadi target pembunuh misterius. Meskipun karakter Jason Voorhees tidak muncul sebagai pembunuh di film pertama, film ini memperkenalkan tema dan elemen yang menjadi ciri khas dari franchise.

A Nightmare on Elm Street (1984) diciptakan oleh Wes Craven, film ini memperkenalkan karakter Freddy Krueger, seorang pembunuh yang menyerang remaja dalam mimpi mereka. Film ini menjadi salah satu franchise horor paling terkenal.

Era ini juga lahir film-film berkualitas dan paling komersial, bahkan menjadi budaya pop. Disutradarai oleh Stanley Kubrick, The Shining (1980), adaptasi dari novel Stephen King, mengisahkan seorang penulis yang tergila-gila di sebuah hotel terpencil. Penampilan Jack Nicholson sebagai Jack Torrance sangat ikonik.

The Silence of the Lambs (1991), yang disutradarai oleh Jonathan Demme, adalah thriller psikologis yang mengikuti agen FBI yang bekerja sama dengan seorang pembunuh berantai, Dr. Hannibal Lecter, untuk menangkap pembunuh lainnya. Film ini memenangkan beberapa Oscar, termasuk Best Picture.

Wes Craven menyutradarai Scream (1996), film yang merevolusi genre slasher dengan pendekatan metateksual dan humor. Mengikuti sekelompok remaja yang menjadi sasaran pembunuh bertopeng, Scream melahirkan beberapa sekuel dan membangkitkan kembali minat pada film horor.

Scream sering dianggap sebagai pelopor untuk genre horor yang ditujukan kepada generasi muda, atau yang sering disebut 'young adult horror'. Film ini tidak hanya menghadirkan elemen slasher klasik, tetapi juga menggabungkan karakter-karakter remaja yang relatable dan situasi yang akrab bagi penonton muda.

Setelah kesuksesan Scream, banyak film yang mengikuti gaya dan elemen trademarknya, terutama dalam hal self-awareness dan karakter remaja, misalnya I Know What You Did Last Summer (1997), Urban Legend (1998), dan The Faculty (1998). Bahkan menginspirasi ke era 2000an seperti Final Destination (2000), Scary Movie (2000), dan Valentine (2001).

Era ini ditutup dengan film yang mengubah cara orang melihat film horor, yaitu The Sixth Sense (1999), disutradarai oleh M. Night Shyamalan. Film ini terkenal dengan twist endingnya. Mengisahkan seorang anak yang dapat melihat orang mati.

Era Inovasi Digital dan Trik Visual (2000-an - 2010-an) 

Memasuki milenium baru, film horor mulai memanfaatkan teknologi digital dan efek visual. Film seperti The Ring (2002) dan Paranormal Activity (2007) menunjukkan bagaimana teknologi baru dapat meningkatkan ketegangan dan pengalaman menonton. The Ring adalah remake dari film Jepang Ringu (1998), yang mengisahkan tentang kaset video yang membawa kematian. Paranormal Activity diproduksi dengan anggaran hanya $15.000 dan berhasil meraih lebih dari $193 juta di seluruh dunia, menjadikannya salah satu film dengan laba tertinggi dalam sejarah.

Era ini juga ditandai dengan banyaknya remake film-film Hollywood yang berasal dari Jepang atau Asia. The Grudge (2004) adalah remake dari film Jepang Ju-On: The Grudge (2002), yang menceritakan tentang kutukan yang menyebar dari satu orang ke orang lain. Dark Water (2005) remake dari film Jepang Honogurai mizu no soko kara (2002), yang menceritakan tentang seorang ibu dan anaknya yang mengalami teror di apartemen mereka.

One Missed Call (2008) remake dari film Jepang dengan judul sama yang rilis tahun 2003, yang bercerita tentang pesan suara dari orang-orang yang telah meninggal. Shutter (2008) remake dari film Thailand berjudul sama yang rilis tahun 2004, menampilkan pasangan yang mengalami kejadian paranormal setelah mengambil foto. The Eye (2008) remake dari film Hong Kong yang rilis tahun 2002, berkisar pada seorang wanita yang mendapatkan kemampuan untuk melihat roh setelah menjalani operasi mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun