Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Lomba PK] Arjuna di Medsos: Legenda Sempak Terlarang

2 Juni 2016   07:28 Diperbarui: 2 Juni 2016   21:10 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah melewati Pos Sekuriti Kompleks Perumahan Pringgodani Indah dengan mudah, Juna dan ketiga sahabat karibnya melanjutkan perjalanan sambil terus berbincang seru.

“Ternyata Bang Avy memang orang baik, yah,” ucap Sadewa, teringat kejadian tadi dimana akhirnya mereka diperbolehkan pergi tanpa perlu membayar seperakpun es cendol yang mereka minum.

“Kata ibuku, Bang Avy dulu seorang guru. Tapi setelah bertemu dan banyak berdiskusi dengan temannya yang berasal dari Negeri Bayangan, beliau mulai banyak berubah hingga akhirnya malah mengundurkan diri dari profesi guru dan menjadi penjual es cendol,” kali ini Sadewa yang berbicara.

“Siapa temannya itu, dan dimanakah letak Negeri Bayangan?” tanya Bima sambil mengunyah bekal dari carrier Juna yang digembol di punggungnya, membuat Juna meringis sebab rencananya penganan itu akan dijadikan santapan pelepas lelah setibanya di lokasi tujuan.

Tapi Juna tak marah, melainkan justru heran melihat postur Bima yang tetap kurus walau banyak makan. Dan lagi, melihat gaya Bima yang gemar memukul-mukul apapun dengan rotan kecil kesayangannya sepanjang perjalanan, malah mengingatkan Juna pada drummer grup lawas slengean yang memang memiliki panggilan yang sama persis dengan sahabatnya itu: Bimbim.

“Saya kurang tahu, Bimbim,” jawab Nakula. “Tapi dari yang kudengar, Bang Avy mengundurkan diri setelah teman Negeri Bayangannya yang sengak dan spesialis tukang sentil itu banyak menceritakan tentang nasib tragis para guru di negerinya, yang masuk penjara karena mencubit siswa yang nakal. Bahkan ada pula yang di BAP berkali-kali di kantor polisi, hanya karena menyuruh siswa perempuan yang membuang sampah sembarangan di kelas untuk memungutnya kembali,” lanjut Nakula.

“Haaa? Masa ada kejadian begitu?” desis Bima sambil menyuap kembali sepotong penganan yang mirip pisang molen namun terbuat dari bahan yang biasa dijadikan inthil di rumah-rumah penduduk.

“Entahlah…” sahut Sadewa. “Tapi sejak itu Bang Avy langsung mengundurkan diri sebagai guru, karena katanya Bang Avy tak ingin menjadi bagian dari kaum brahmana yang kian waktu kian dihinakan Kerajaan oleh segala macam Undang-Undang Perlindungan Anak yang kebablasan pelaksanaannya.”

Agak pusing juga Bima memahami ucapan temannya itu. Apa itu UU Perlindungan Anak? Apakah sama dengan Bhagavad Gita yang kini tengah dipelajarinya demi mengetahui rahasia kehidupan sejati dunia hingga mampu terbebas dari samsara? Ataukah justru hanya kumpulan dari hawa nafsu berbalut kepentingan para pembuatnya yang…

Belum lagi Bima menyelesaikan tanya-jawab di benaknya, ketika Juna memberi aba-aba agar mereka berhenti.

“Kita sudah sampai di lokasi,” bisik Juna sambil menunjuk arah depan dengan gerakan kepalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun