Bangunan istana meletup, lalu berubah menjadi asap biru ungu, yang kian lama kian menggumpal membentuk sesosok makhluk tinggi besar berambut menjuntai yang hanya mengenakan celana kolor komprang sebatas dengkul.
“Hantu Blao!! Hati-hati, Bimbim!!” teriak Juna mengingatkan. Tapi terlambat. Dilihatnya tubuh Bima dicengkeram oleh tangan si Raksasa Biru-Ungu itu. Sementara pada tangan yang lain tampak Nakula tengah diselamatkan oleh Sadewa namun tak berhasil.
Juna meraih sisa anak panah sesigap yang dia mampu. Hanya saja dia kalah cepat. Sebuah sabetan dari rambut yang menjuntai itu menghantam busur dan anak panah di punggungnya hingga patah berserakan. Tubuh Juna oleng termakan hantaman hingga terhuyung beberapa tindak.
Tapi melihat bahaya yang mengancam teman-temannya, dengan nekat Juna menubruk Hantu Blao tersebut dengan sundulan kepalanya sekuat tenaga.
Hekkk! Berhasil. Tubuh Bima dan Nakula terlepas dari tangan Hantu Blao, yang dengan kepala pening buah tumbukan tadi diseretnya mereka menjauh dari si Raksasa.
Belum lagi Juna berhasil menjauh ketika dia merasa lehernya dililit rambut amat kencang. Sekuat tenaga Juna berusaha menahan lilitan rambut biru-ungu tersebut, namun apa daya napasnya terasa sesak hingga tenaganya menguap.
Perlahan kaki Juna melemah, sebelum akhirnya tersungkur ke tanah dengan rambut yang melilit lehernya semakin kuat. Dan ketika pandangan Juna mulai menggelap, saat itulah dia mendengar si Hantu Blao meraung keras bersamaaan dengan lilitan rambut di lehernya pupus tiba-tiba.
Juna berbalik, dan melihat ada dua dara cantik berhadapan dengan si hantu Blao dengan gaya yang amat anggun.
Di sebelah kanan, dara berbaju putih terlihat melempar benda melengkung yang berputar di udara sebelum akhirnya mengenai tubuh raksasa biru-ungu tersebut, berbarengan dengan dara bertutup kepala kotak-kotak yang menyerang Hantu Blao tersebut dari jarak dekat dan langsung menikamkan sesuatu di perut buncitnya, sebelum akhirnya raksasa biru-ungu tersebut meledak menjadi kepulan asap yang membumbung ke udara.
“Kamu tak apa-apa?” tanya kedua dara cantik tersebut ke Juna nyaris berbarengan, membuat keduanya saling pandang dan bertukar senyum di sesama mereka dengan muka jengah.
Baru saja Juna ingin menjawab, ketika tahu-tahu dia melihat dari kepulan asap si Hantu Blao meluncur sebuah sempak keemasan ke udara.