dalam gelas perjuangan
untuk kemudian, kutuangi
dengan air kesungguhan
dari kendi kesederhanaan hidup
Â
Ketika tiba di rumah majikan, aku kembali tercengang. Alih-alih mendapatkan pekerjaan sesuai perjanjian, justru sebaliknya. Berdasarkan kontrak kerja yang telah kutanda tangani, pekerjaanku seharusnya menjaga dan merawat orang berusia lanjut. Tapi ini?
Kutatap restoran besar yang ada di hadapanku dengan senyum agak kecut. Sebuah bangunan berlantai lima yang amat luas. Telah terbayang betapa akan amat melelahkannya bekerja di sana.
Di gedung inilah aku akan menukar tenagaku dengan segala cita-cita sederhana yang kupunya, membeli mimpi, hanya demi dapat melakoni hidup yang kelak kuharap dapat lebih baik dari yang sekarang ini.
***
Hari pertama tak banyak yang bisa kulakukan. Beruntung ada dua teman Indonesia yang bekerja lebih dulu di sana, yang sangat membantu untuk aku berkomunikasi dengan seluruh penghuni restoran.
Pukul enam pagi aku sudah harus siap menyapu dan mengelap meja-kursi restoran. Entah berapa jumlah set meja-kursi yang ada, aku tak pernah menghitungnya. Yang jelas pekerjaan awal tersebut cukup sukses menjadikan punggungku terasa nyeri.