yang tergesa meneteskan gerimis
kepedihan, sebab warna putih itu
yang kini serupa abu-abu
mengingatkan pada warna nasibmu sendiri
Â
lagi, kau pandangi kibar di halaman itu
kembali ngilu, kembali abu-abu
dan pada merah pekat yang kian berkibar itu
kau sisipkan sebaris nada, dengan bait dan kata-kata sendiri
tentang tanah air mata, dengan bendera
yang tidak lagi sama
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!