“Maaf, aku tak hendak kau poligami…” ucapku waktu itu.
"Seorang istri yang ikhlas dimadu, jaminannya adalah surga." tegas cinta yang kerdil itu.
"Banyak jalan menuju surga. Biarkan aku mencari surga dengan cara yang lain…”
Dengan entengnya cinta kerdil itu berlalu, membuat kami –aku dan buah hatiku- tersuruk menyeruak sibak kepapaan. Seakan aku dipaksa untuk tak boleh aku yang tetap aku.
Tak henti kutiti jalin kenangan yang kulintasi, hingga akhirnya aku tiba di posisi yang entah.
Sepercik ingatan menari di jejak waktu.
aku masih aku trilustrum silam
tak kusesali takdirku
meski untuk cinta, aku teramat kehilangan