Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saya Tidak Menyangka Jokowi cuma Presiden Buncis

6 Desember 2015   22:29 Diperbarui: 6 Desember 2015   22:29 5938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada titik itulah saya teringat akan puisi guru kami (Maulana) Jalaluddin Rumi tentang buncis.

 

Lihatlah buncis dalam periuk, betapa ia meloncat-loncat selama menjadi sasaran api.

Ketika direbus, ia selalu timbul ke permukaan, merintih terus menerus tiada henti,

“Mengapa engkau letakkan api di bawahku? Engkau membeliku: Mengapa kini kausiksa aku seperti ini?

Sang istri memukulnya dengan penyendok, “Sekarang,” katanya, “jadi benar-benar matanglah kau dan jangan meloncat lari dari yang menyalakan api.

Aku merebusmu, namun bukan karena kau membangkitkan kebencianku; sebaliknya inilah yang membuatmu menjadi lebih lezat.

Dan menjadi gizi serta bercampur dengan jiwa yang hidup; kesengsaraan bukanlah penghinaan.

Ketika engkau masih hijau dan segar, engkau minum air di dalam kebun: air minum itu demi api ini.

Kasih Tuhan itu lebih dahulu daripada murka-Nya, tujuannya bahwa dengan dengan kasih-Nya engkau dapat menderita kesengsaraan.

Kasih-Nya yang mendahului murka-Nya itu supaya sumber penghidupan, yang ada, dapat dihasilkan;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun