Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber 2] Kampung Biadab: Salim Kancil Jilid II serta Tamparan untuk Said Gigu dari Tukang Ngarang di Kompasiana

2 Desember 2015   14:03 Diperbarui: 2 Desember 2015   14:03 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sukma menghambur keluar dari kamarnya.

Semua sudah gila! Masa ada setan memfitnahku sebagi hantu? Bahkan ayahku sendiri tega ingin memakanku!

Lari punya lari, tanpa terasa Sukma tiba di pohon beringin besar yang menjadi penanda gerbang masuk desanya.

Terdorong oleh ribuan penasaran yang tak terpetakan, Sukma menghantamkan lengan kirinya ke batang pohon beringin. Karena menurut logika tengilnya, mencubit lengan hanya demi mengetahui apakah seseorang tengah bermimpi atau tidak telah menjadi terlalu mainstream.

Tapi bukannya memperoleh pencerahan, nalar Sukma justru semakit kusut dan bebeliet tak karuan!

Didahului bunyi ‘Krek!’ keras seperti ranting kering yang terinjak, tangan kiri Sukma patah sebatas pergelangan dan mencelat ke depan. Sakit. Tapi tidak berdarah.

Jika mimpi, mengapa aku mampu merasakan sakit? Dan jika bukan mimpi, mengapa pula kejadiannya bisa seaneh ini?

Pertarungan pikiran Sukma langsung berhenti ketika dilihatnya lengan putus itu mulai menggeliat dan mengucek-ucek kukunya, seperti baru saja terjaga dari lelap semalam suntuk.

“Kau terkejut, Sukma?” tangan kirinya bertanya sambil jemari melakukan gerakan membuka seperti mulut yang menguap.

Tapi Sukma mulai terbiasa dengan keanehan yang belakangan ini gemar mampir di hidupnya. Alih-alih merasa takut, Sukma justru terpesona, sebab ada berapa orang di dunia ini yang mampu berbicara dengan tangan kirinya sendiri, pada saat ‘mereka berdua’ masih hidup?

“Ada yang ingin kutunjukkan kepadamu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun