Sambil berjalan pulang Ben sibuk menimbang, masa sih, hanya dengan air seni yang mengandung senyawa jengkol nan wabau, jempol setan dapat dimusnahkan? Benar-benar hil yang amat mustahal!
Penasaran, Ben berbalik ke tempat semula. Jangan-jangan Ibu Yerekim berbohong…
Tak perlu waktu lama untuk Ben kembali melihat Ibu Yerekim, yang ternyata masih asyik duduk di taman.
Tapi baru saya dia ingin memanggil, ketika sesuatu yang luar biasa aneh terjadi pada Ibu Yerekim.
Dilihatnya wajah oriental setengah baya itu meleleh. Tubuhnya membengkak dan penuh bulu ijuk, dengan mata sipitnya yang kini mirip beluluk, kontal-kantil tak karuan persis mata yuyu.
Dan ketika tangan dan kaki Ibu Yerekim melekat satu sama lain, Ben memekik tertahan.
“Jempol Setan!”
Secepat angin Ben berlari keluar kampung.
Dengan menggunakan ginkang ajaran almarhum Ki Plenyun, hanya butuh beberapa detik bagi Ben untuk kembali ke episode yang sebelumnya, dan melabrak King of Habul yang masih saja sibuk mengelus-elus kucing pink samarannya.
“Gimana sih, Mas Jati? Kalo ngasih petunjuk yang bener, dong, masa saya malah dibantalin ke jempol setan!” protes Ben dengan tingkat emosi yang mencapai titik erupsi paling njelehi.
“Lho? Siapa yang ngasih petunjuk, Ben? Saya kan cuma ngomong –Apa kabar, Ben?” sanggah King dengan amat piawai, sambil #tetapkalem memetiki bulu-bulu kucingnya yang sekilas mirip dawai.