Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber-3] Teror Jempol Setan

19 November 2015   11:37 Diperbarui: 19 November 2015   11:37 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekuat tenaga Ben berteriak memanggil Ki Plenyun. Tapi lidahnya terkunci urat ketakutannya sendiri, menyulapnya jadi amat kaku tanpa sedikitpun mampu untuk digetarkan.

Hal yang sama terjadi pula pada jaringan otot di seluruh tubuh Ben, membuatnya semakin panik ketika jempol setan itu kian beringas menghampiri. Siap mengunyah dirinya hingga menjadi ribuan serpih daging yang penuh saus darah.

Apakah aku akan mati di sini? Di WC? Juga karena menjadi korban Jempol Setan? Alangkah amat tak kerennya!

Ben ingin berdoa, tapi dia ingat wejangan Pak Ustadz tentang makruhnya menyebut nama Tuhan di dalam WC. Haruskah dia merendahkan nama-Nya, hanya demi keselamatan jiwa pribadi?

Begitu juga ketika Ben ingin melafal, “Numpang-numpang anak bagong lagi e’ek,” ajaran kakak pembina pramukanya waktu kecil dulu, dia justru merasa tak ikhlas.

Apa hebatnya berpura-pura jadi anak babi? Apakah hanya demi menyelamatkan diri dia harus hidup  dari kepura-puraan? Mesti rela merendahkan diri menjadi anak dari hewan rakus, untuk kemudian kelak berubah kembali menjadi tikus kantor atau lintah darat penghisap masyarakat?

Bermacam-macam ingatan susul-menyusul di benak Ben dengan amat riuh, hingga akhirnya, sebuah ingatan jahil berhasil membangkitkan semangatnya.

Tubuhnya kembali rileks. Ditatapnya jempol setan yang terus menggeram seram di depannya dengan senyum sinis.

Seperti tahu disepelekan Ben, jempol setan meraung sejadi-jadinya. Taringnya mencuat ke depan, dengan seluruh bulu yang ada di sekujur jempolnya mengejang sekeras duri. Mulutnya terbuka lebar dan langsung mencaplok Ben bulat-bulat.

Sigap Ben menghindar ke samping, lalu dengan penuh keyakinan dia acungkan jari kelingking ke arah jempol setan, dan…

WUZZZ…!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun