Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Beberapa Kesalahan ‘Kecil’ yang Membuat Terjungkal di Event Fiksi Fabel FC

10 November 2015   09:41 Diperbarui: 10 November 2015   10:09 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyebabnya sederhana saja, yaitu bahwa konflik yang digarap dengan amat ciamik di fabel tersebut sejak awal, harus dipaksa selesai hanya dengan menylesaikan versi sulap norak khas kisah-kisah ‘Rahasia Illahi’ di mana kebaikan langsung menang terhadap keburukan buah campur tangan Tuhan tanpa proses apapun selain tiba-tiba menang.

Saya sempat menitip pesan kepada pengarangnya agar mengedit ulang dalam sisa waktu 5 jam dengan menambahkan clue penting pengait kejadiannya di kolom komentar.

Hanya saja sepertinya sang pengarang terlalu malas dan atau sudah cukup puas mendapat nilai “Hebat Loh” dari admin Kompasiana, dan melupakan bahwa ini adalah Event Fiksiana dan bukan Event Kompasiana, yang tentu pula membawa ‘tata aturan penilaian’ yang otomatis berbeda,  mengingatkan betapa amat seringnya kita merasa cukup saat telah mendapat sayang dari si yayang, tanpa perlu lagi menakar apakah kitapun telah mendapat sayang yang setara pula dari Sang Maha Sayang…^_

Dan kesalahan inipun banyak dilakukan oleh peserta, yang tahu-tahu memaksa twist di endingnya, hanya berbekal sulap tahu-tahu tanpa juntrungan sebelumnya itu... T_

Kesalahan Kelima: Melupakan Kesederhanaan Bentuk.

“Sederhanakanlah, dan buatlah semua menjadi sederhana…” Sebuah kalimat usang berusia lebih dari 14 abad dari tokoh nomor satu dunia, yang besar dugaan saya hingga kini belum ada yang benar-benar mampu untuk membantahnya.

Dari lima karya peserta yang menjadi kandidat juara umum dan runner up, point ini secara alami mendapat perhatian cukup besar dari team juri.

Pada putaran pertama pengujian karya semifinalis, karya bernomor peserta 72 berjudul, “Nasib Caca dan Mama di Hutan Sulamaya” langsung menghilang tertelan point 1 s.d 4 sebelumnya, menyisakan hanya empat karya semifinalis mewakili seluruh peserta Event Fabel Fiksiana Community.

Ketika ada juri yang mengajukan karya bernomor peserta 43 dengan judul “Gonjang Ganjing Negeri Kucing”, langsung disodori juri lain dengan karya No. 99 berjudul “Siapakah yang Lebih Tinggi dari Pemimpin Negeri?” sebagai pembandingnya, yang secara kebetulan memiliki tema yang mirip satu sama lain. Hasilnya, karya bernomor 49 lah yang jauh lebih sederhana, lebih ‘ringan’ dicerna namun memiliki cakupan kisah yang lebih luas dari karya No. 43, sehingga lebih dipilih menjadi finalis.

Juga ketika karya No. 20 berjudul “Carmelita” menyalip seratus karya yang lainnya, kembali dijawab dengan karya  No. 70 bertitel “Induk Ayam dan Raja Ular”, yang anehnya seakan dibuat khusus sebagai lawan bagi masing-masing. Dan sekali lagi, karya No. 70 pun diketuk palu sebagai finalis, salah satunya adalah buah kesederhanaan kisahnya yang gurih renyah tanpa perlu mengorbankan keunggulan yang lainnya.

Dan ketika kedua finalis itu bertemu, akhirnya “Induk Ayam dan Raja Ular” dipaksa untuk bertekuk lutut di bawah kekuatan konteks tokoh Leo melawan Hyena. Walau jika boleh jujur, andai saja “Induk Ayam dan Raja Ular” kemudian memperbaiki kisahnya sendiri, maka besar kemungkinan dia akan langsung mengangkangi seluruh kriteria juara yang ada di Event Fabel Fiksiana Community ini tanpa a dan b apapun lagi dari team juri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun