Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jilbab yang Menyentil

18 Oktober 2015   07:51 Diperbarui: 18 Oktober 2015   07:51 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Rani?”

“Edduann kowe, Dab, baru ngisi satu termin sudah langsung punya penggemar,” Cak Nurad menyambung dengan logat khas suroboyoannya, sambil pukpuk bahu Ari yang alih-alih menggembirakan justru menambah genap kebingungannya.

“Udahlaahh… Tak usah basa-basi lupa kau, Ari! Kau samper langsung itu Si Butet penggemarmu di gazebo. Tapi kau cuma punya waktu setengah jam, karena kita semua masih harus menyiapkan sesi penutupan, bah!” tanpa tedeng aling-aling Bang Ucok langsung menggebah Ari ke gazebo kampus.

Dengan agak linglung Ari mengikuti arah dorongan Bang Ucok. Dilihatnya Rani tengah duduk di salah satu gazebo, yang memang cukup banyak bertebaran di lokasi kampus.

“Ada apa mencari saya, Ran?” agak rikuh Ari bertanya pada senyum manis yang menatap penuh antusias di depannya. Hatinya merasa dag-dig-dug.

“Tidak ada apa-apa, Kak Ari. Rani cuma ingin konsultasi sedikit mengenai sesi yang kemarin Kak Ari pandu di kelas,” jawab si senyum manis itu, yang langsung membuat kumat keisengan Ari.

“Wah, ternyata soal itu… Bilang dari tadi ngapa, Ran, bikin orang ge-er aja,” tawa Ari sambil duduk di bangku yang berseberangan dengan Rani, membuat Rani langsung bengong dan agak tergeragap, sebelum akhirnya tawa mereka berdua langsung mencairkan suasana.

“Terima kasih atas keramahannya, Kak Ari,” ucap Rani, yang entah mengapa langsung menunduk dengan secuil merah menyembul di ujung pipi.

“Ga papa, Ran. Anggap saja saya ini kakakmu,” timpal Ari dengan sebisa mungkin bersikap wajar. Sebab aslinya, jika untuk berhubungan dengan makhluk yang bernama: Wanita, entah kenapa Ari selalu merasa grogi.

“Gimana? Ayo, apa yang mau Rani tanya ke saya?”

“Mmmh… Masalah jilbab yang kemarin Kak Ari bahas.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun