Maafkan saya karena pernah mengabaikan ajakanmu, Sol. Bukan karena tak ada rasa ketertarikan, melainkan lebih karena saya ingin kau terlatih dulu mempersiapkan pertempuran panjang, yang sepertinya akan menguras seluruh pundi fiksi yang kau miliki. Lalu kugosok Pebrianov melalui kolom komentar di postingan ‘Puisi untuk Desol’, bersamaan dengan iringan gendangku menstarter ‘killing machine’mu di fesbuk, agar menjadikan Pebrianov sansak bagi rentetan pukulan imajinasimu, hingga lahirnya duet sadis terbaru di Kompasiana.
Kau tahu untuk apa saya melakukan semua itu? Tak lain karena saya butuh waktu memproses perbaikan kelemahan penggarapan aksara yang pernah kau tunjukkan waktu itu.
Saya yakin kau masih ingat, Sol, bahwa dua puluh satu hari sebelum kau mulai latihanmu dengan Pebrianov, Cyruss dan Kelvin, kita ber-jam session selama satu jam dua puluh menit lamanya, padahal kita sama sekali tak saling mengenal… ^_
hello :V
29/07/2015 10:29
hello juga...^_
29/07/2015 10:29
aq seneng kalo ada yg ngajakin ngawur :V
29/07/2015 10:30
ayolah kita ngawur-ngawuran, daripada tawur-tawuran or nguntitin orang sampe sms malem ga jelas hahay...^_
kapan mulai...
29/07/2015 10:30
sekarang :V
sapa tau bs posting K :V
nghahahaha
29/07/2015 10:30
Ampun Desol...
ya udah..
29/07/2015 10:31
kok ampun? :V
di sini aja
inbox fb :V
29/07/2015 10:31
Jam kerja..
iya boleh di sini..
lebih cepat terkoneksi
29/07/2015 10:31
oh lg kerja ya skg?
aq juga lg kerja nghahahaha :V
enggak, lagi nge-net...^_
kerjanya bo'ongan
29/07/2015 10:31
kerjaan aq ngenet :V
nghahahahaha :V
sama :V
29/07/2015 10:32
?
29/07/2015 10:32
!
sapa mulai duluan?
29/07/2015 10:32
.
29/07/2015 10:32
,
29/07/2015 10:32
ya udah atuh buruan paragrap pertamanya, daripada perang tanda baca
29/07/2015 10:32
hahahaha baiklah
29/07/2015 10:32
haha
29/07/2015 10:33
makan mente dolo :V
halaaaaahhhh...
dah serius2 nunggu
jadi ga konsen lagi...
29/07/2015 10:33
siap ya
29/07/2015 10:34
okeh..
29/07/2015 10:37
Semalam aku bertemu pria. Tak lagi perkasa menurutku. Mungkin lelah. Kau tahu? Ada beberapa luka memar wajahnya. Yang paling mengerikan terletak pada pelipisnya. Berdarah. Banyak sekali. Aku takut. Aku tak lari, hanya memandangnya dari sini.
29/07/2015 10:38
ni mo satu sudut pandang, atau semasing kita mewakili tokohnya?
29/07/2015 10:39
mengalir saja
29/07/2015 10:40
okeh
29/07/2015 10:40
ama yg km rasa setelah baca paragfar saya
29/07/2015 10:40
okeh
okeh lagi
29/07/2015 10:40
hahahaha
29/07/2015 10:43
Laki-laki dan airmata, alangkah menjijikannya kata-kata tersebut. Mengingatkanku akan pertarungan barusan berebut kejantanan di tengah jalan. Tapi apa yang kudapat? Hanya sebuah kemenangan yang amat melelahkan!
belum selesai dan kepencet
ntar tunggu dulu
Dengan penuh gundah ku telusuri trotoar, coba menyibak kusamnya perasaan sisa pergumulan tadi. Tapi, hei siapakah itu...? Bagaimana mungkin ada sosok mungil secantik itu di tempat ini? Tapi mengapa wajahnya begitu pucat menatapku?
lanjooot...^_
29/07/2015 10:56
Kau tahu? Kami beradu pandang. Rasanya ia ingin menerkamku lalu mengunyahnya. Seram sekali. Aku tak bisa membayangkan saat ia melumat habis tubuh dan memuntahkan tulangku. Tatapan matanya seperti kucing hitam yang biasa lewat di depan rumahku. Ia pikir, aku ini ikan asin? Aku harus dengan segera lenyap dari pandangnya. Harus!
29/07/2015 11:03
Penasaran, kutatap lebih lekat sosok mungil itu, sambil sesekali mengusap lengket yang mengalir di pelipis. Tapi pada pandangan yang terakhir itulah aku merasa ada serat halus yang bersambung di antara mata kami. Ada getar di sana, yang mengalir penuh gelisah. Merasuk, lalu terjatuh pada kotak rasa yang sama seperti yang pernah kuakrabi sebelumnya dari wanita: Ketakutan.
Apakah aku telah menjadi begitu monster bagi pandang mereka? Uh, dasar wanita. Selalu saja mampu untuk menjadi makhluk yang benar-benar aneh dan tak terbaca.
29/07/2015 11:10
Hei, dia mendekatiku. Aku mundur selangkah. Ah, tidak. Dua langkah saja. Ia mengusap pelipis lalu menjilan darahnya. Jorok! Kurasa ia harus tahu bahwa aku tak suka melihat darah. Darah itu seringkali membawa kematian. Ya, kematian.
Aku lebih suka membuat seseorang jatuh cinta. Padaku. Bisik-bisik manja yang kupunya terkadang menjadi jerat dalam hati para pria. Tapi tidak untuk pria ini. Monster!
29/07/2015 11:32
Hmmm... Ada akal. Akan kubuat dia semakin panik.
Kupasang sedikit seringai, sambil kujilati sisa darah yang menempel dengan gaya yang amat nikmat.
Hahay... dia mundur. Dan gaya mundurnya mengingatkanku pada sejenis kepinding bernama undur-undur. Puas sudah hati ini. biar dia tahu rasa. Dikiranya semua lelaki (nyambung nanti aja ah, cos dari tadi ga konsen mikirin 'makan mente dolo', mente tuh apa? Ga taunya sejenis kacang mede, yah..^_).
Kau buatlah dulu agak panjang, Desol, nti kalo saya ol lagi saya balas panjang juga, dan kita lihat, siapa yang paling bisa bertahan meneruskannya entah berapa hari, haha...
Walau dari jam session kecil ini saya dah agak merasa kalah, terutama efektivitas kalimat. Thank's dah menunjukan kelemahan saya dengan cara yang amat friendly, salam...^_
29/07/2015 11:35
hahahahaha gak ada kalah dan memang dalam fiksi
yang ada hanyalah saling memandaikan :V bahasa apaan tuh memandaikan nghahahaha :V
Bagi kebanyakan wanita, langkah mundur sangatlah tepat sebelum memutuskan untuk kabur. Tapi bagiku, dua langkah mundur hanya untuk memosisikan diri sebelum kupasang kuda-kuda. Kutinju pria itu jika ia mencoba meraih tubuhku. Lihat saja, akan kubuat kembaran pelipis berdarah.
baiklah :V ntr bisa disambung lg kalo km uda siap hahahaha :V
Dari jam session itulah saya berpikir, bahwa kita berdua memiliki kemampuan yang tak bisa dianggap kelas kacangan. Hanya saja alih-alih menegakkan kepala tinggi-tinggi dan menepuk dada sambil berkata: “Inilah saya!”, saya justru merendahkan cangkir pembelajaran di depanmu, hanya demi bisa menjadi yang terbaik pada apapun yang tengah saya jalani. Sebab kebanggaan dan kesombongan biasanya selalu hanya akan berakhir pada kenistaan.
Hingga akhirnya tibalah saat itu. Saat ketika karya saya yang berjudul ‘Secangkir Kopi Hujan’ berhasil terpilih menjadi ‘Fiksi Terbaik’ pada event ‘Katakan Cinta’, setelah sebelumnya sungsang-sumbel membreidel kalimat-kalimat panjang yang penuh dengan masturbasi kata-kata tanpa jeda dan makna, hanya demi bisa membuat karya berkalimat efektif namun tanpa kehilangan pesan makna serta nuansa keindahannya. Sebab setahu saya, karya yang murni hanya bersandarkan efektivitas kalimat di setiap paragrafnya, tak akan pernah mampu untuk menjelma karya sastra. Mungkin sekedar berita dukacita, atau bisa juga iklan baris yang banyak beredar di koran murahan.
Melalui surat ini saya ingin mengatakan bahwa kemenangan tersebut adalah buah ‘perjalanan super singkat’ kita berdua waktu itu. Dan melaui surat ini pula saya ingin bertanya kepadamu, apakah kau sudah selesai berlatih? Sebab aku telah cukup matang kini, dan siap menelikungmu dengan ribuan diksi, yang entah mampukah kau imbangi mengingat genre kita yang tak ubahnya langit dan sumur.
Oh, ya, satu lagi. Cuma sekedar memberitahu bahwa di hari libur, biasanya aku sanggup 20 jam nonstop di depan laptop kecuali terpotong ishoma sekejap. Dan itu artinya aku bisa memposting minimal 10 kali di Kompasiana untuk mencecarmu.
Jika kau gentar, abaikan saja surat ini lalu mari kita mengopi bersama di warung langganan… ^_
Dari sahabatmu yang masih seperti awal bertemu dulu,
Ahmad Maulana S.
Kepala Suku Genk Cinta yang Penuh Konflik Tahun 2222 SM.
-oOo-
Ikuti Event Surat-menyurat di SINI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H