Bay si sosok sengak berhidung gondrong menjentik ke sosok di belakangnya, yang setelah mengangguk kecil langsung berdiri di sebelah Bay dan mengeluarkan raungan Seciap Bagai Ayam Sedencing bagai Besi, sejenis dengan auman singa kepandaian khas dari aliran para Biksu Budha.
“BERANTAS MAFIAAA DAN SETENGAH MAFIAAA DI PELISTRIKAAANNNNN… ROARRRR…!!!”
Akibatnya sungguh dahsyat. 17 saka penahan pendopo langsung bergetar hebat, sementara 8 usuk dan belandar langit-langit bergoyang tak henti-henti, dengan 45 genting yang beterbangan dari atap pendopo dan berputar membentuk puting beliung sebelum akhirnya meletup dan terserak menjadi serpih debu.
Suasana langsung mencekam, memperdengarkan engah napas Dayat yang wajahnya masih terpucat-pucat walau tadi telah dibantu aliran tenaga dalam oleh Indira.
“Cukup, Rejal…” ucap Bay seraya memandang satu-persatu perwakilan pendekar tanah air yang ada di depannya.
“Kenapa dia ada di sini, Pem?! Bukankah dia telah menjadi orang istana kini?!” jengit seseorang berbarengan dengan melompatnya satu tokoh tua ke tengah pendopo dengan amat gagah.
“Ya! Benar Ki Axtea! Dia sekarang telah menjadi salah satu pentolan dari Kabinet Pembising di Istana…!!! ” suara yang lain kembali terdengar.
“Benar…! Benar…!!!” teriak yang lainnya lagi dengan suara yang sahut-menyahut, mengingatkan pada efek echo di audio murahan yang sengau.
Kembali Bay mengangkat tangan, dan kembali suasana menyirap.
“Aku yang memerintahkannya untuk mengabdi ke Istana, karena Raja yang berkuasa sekarang terlalu halus perasaannya hingga butuh Meminjam Tangan Untuk Menabok” terangnya.
Suasana kembali sunyi, sebelum akhirnya dipecahkan oleh Mike Reyssent, “Tapi kenapa Dayat harus berguru pada Master Pornoaksi Ilmu Peternakan, Pem? Bahkan dari gelar dan parabannya saja sudah begitu tak sedap di dengar, saya khawatir kelak Dayat akan tertular menjadi pribadi yang porno dan cabul juga…!”