Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fiksi Penggemar RTC] Geger di Tanjung Priuk: Siapa Penjahatnya?

10 September 2015   21:45 Diperbarui: 11 September 2015   04:16 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bay si sosok sengak berhidung gondrong menjentik ke sosok di belakangnya, yang setelah mengangguk kecil langsung berdiri di sebelah Bay dan mengeluarkan raungan Seciap Bagai Ayam Sedencing bagai Besi, sejenis dengan auman singa kepandaian khas dari aliran para Biksu Budha.

“BERANTAS MAFIAAA DAN SETENGAH MAFIAAA DI PELISTRIKAAANNNNN… ROARRRR…!!!”

Akibatnya sungguh dahsyat. 17 saka penahan pendopo langsung bergetar hebat, sementara 8 usuk dan belandar langit-langit bergoyang tak henti-henti, dengan 45 genting yang beterbangan dari atap pendopo dan berputar membentuk puting beliung sebelum akhirnya meletup dan terserak menjadi serpih debu.

Suasana langsung mencekam, memperdengarkan engah napas Dayat yang wajahnya masih terpucat-pucat walau tadi telah dibantu aliran tenaga dalam oleh Indira.

“Cukup, Rejal…” ucap Bay seraya memandang satu-persatu perwakilan pendekar tanah air yang ada di depannya.

“Kenapa dia ada di sini, Pem?! Bukankah dia telah menjadi orang istana kini?!” jengit seseorang berbarengan dengan melompatnya satu tokoh tua ke tengah pendopo dengan amat gagah.

“Ya! Benar Ki Axtea! Dia sekarang telah menjadi salah satu pentolan dari Kabinet Pembising di Istana…!!! ” suara yang lain kembali terdengar.

“Benar…! Benar…!!!” teriak yang lainnya lagi dengan suara yang sahut-menyahut, mengingatkan pada efek echo di audio murahan yang sengau.

Kembali Bay mengangkat tangan, dan kembali suasana menyirap.

“Aku yang memerintahkannya untuk mengabdi ke Istana, karena Raja yang berkuasa sekarang terlalu halus perasaannya hingga butuh Meminjam Tangan Untuk Menabok” terangnya.

Suasana kembali sunyi, sebelum akhirnya dipecahkan oleh Mike Reyssent, “Tapi kenapa Dayat harus berguru pada Master Pornoaksi Ilmu Peternakan, Pem? Bahkan dari gelar dan parabannya saja sudah begitu tak sedap di dengar, saya khawatir kelak Dayat akan tertular menjadi pribadi yang porno dan cabul juga…!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun