“Kau masih mendingan. Ajian Serpihan Mutiara Somplak dan gabungan jurus Musyawarah Bebek milikku justru butuh 61 tahun latihan siang dan malam tanpa henti untuk benar-benar bisa menguasainya.”
“Bagaimana dengan Bambu Runcing Memiting Kepinding andalanku? ”
Serta masih banyak lagi ungkapan panik lainnya yang hingar di sana-sini, yang terpenggal buah pamit Sang Pemimpin.
“Saya pergi dulu… Mupeang dan Indira, waktu kalian dua jam untuk mengumpulkan bahan multijus yang kita bicarakan kemarin. Jangan lupa bawa serta ginseng jawa sakti, kencur mustika serta temulawak berusia ribuan tahun di pendopo obat.”
“Siap, Bay…!”
“Kau Rejal, koordinasi seluruh pendopo di sela waktu ngantormu di Istana, dan laporkan semua secara berkala pada saya. Jangan lewat medsos, tapi gunakan jaringan telepati level 11 agar tak terlacak…!”
“Siap, Pem, roarrr…!”
“Dan kalian semua jangan lupa, waktunya hanya dua bulan untuk mempersiapkan pelatihan, karena kita semua ingin Dayat benar-benar siap beberapa waktu sebelum euforia pemilu, agar tak ada lagi celah sedikitpun bagi mereka yang ingin mengulang kembali kesuksesan memecah belah bangsa…!”
Seketika seluruh pendekar menjawab, “SIAP, PEM…!!!” dengan sangat menggelegar, yang setelah gemanya mereda, sosok sengak berhidung gondrong tersebut telah menghilang bersama Dayat.
“Langkah Bayangan Mengejar Sinar…!!!” seru mereka berbarengan dengan amat kagum, sebelum semuanya kembali sunyi. Sunyi yang menyimpan geger baru tepat tujuh bulan kemudian, dalam kisah Liga Pendekar Tanah Air Mengguncang Nusantara pada posting yang entah ke berapa setelah kisah yang ini…