“Bukan itu…” cepat-cepat Ajo menyanggah. Ia agak menyesal ketika menyadari bahwa pertanyaannya, telah menebas senyum pada wajah itu. Bahkan kini sosok itu terlihat sedih.
“Nina minta ditemani, bukan karena ingin merepotkan Kakak... juga bukan karena takut hantu. Bukan itu…”
“Lalu… karena apa?” tanpa sadar Ajo bertanya lagi.
“Nina hanya ingin ditemani… Nina hanya ingin ketika mengadu sama Allah, Nina ditemani oleh orang yang Nina sayangi. Dan Nina tak punya siapapun lagi selain Kakak. Tak ada ayah dan ibu, juga tak ada Wak Haji. Makanya Nina selalu mengajak Kakak. Biar Allah juga tahu bahwa Nina sangat bersyukur atas segala karunia –Nya. Biar Allah juga tahu bahwa Nina … begitu bersyukur mendapatkan Kakak. Biar Nina …”
Tiba-tiba Nina memberi sesuatu kepada Ajo. Satu setel pakaian takwa… lengkap dengan peci dan tasbih! Agaknya benda-benda tersebut telah jauh waktu ia siapkan.
“Nina sayang sama Kakak,” suaranya terdengar dalam. “Nina ingin masuk surga. Nina ingin menjadi bidadari di sana… Lalu Nina akan mencari Kakak, agar kita bisa bersama… Itulah sebabnya Nina selalu minta ditemani Kakak. Agar Allah tahu orang yang Nina inginkan. Sebab Nina, ingin menempati surga… bersama Kakak...”
Tak habis-habisnya Ajo memandangi istrinya. Rasa haru yang terbangun sejak tadi, menggumpal, melahirkan jutaan perasaan yang tak bisa ia terakan lewat kata. Inikah keindahan dari sebuah pernikahan?
“Nina sayang sama Kakak…” ucapnya lagi sambil memainkan ujung kerudung ungunya.
Dan malam ini, Nina tak lagi tahajud sendirian.
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akunFiksiana Community