Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[FR] Dan Malam Ini, Nina Tak Lagi Tahajud Sendirian

14 Juli 2015   21:00 Diperbarui: 14 Juli 2015   21:00 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ajo merasa ada sesuatu yang menyentuh keningnya. Sesuatu yang begitu lembut, mengusap dan membelai kening serta anak rambutnya.

Barangkali serangga, pikir Ajo.

Serangga? Secepat kilat Ajo terjaga, bangun dari kenikmatan mati sementaranya. Tapi bukannya serangga yang ia dapatkan, melainkan sebuah tangan lembut milik Nina, sosok yang baru ia nikahi beberapa bulan yang lalu.

“Kakak kaget, ya?” ucap wajah segar itu sambil tersenyum.

“Bangun dong, Kak,” masih dengan kelembutan yang sama ia berkata lagi. Ditariknya lengan Ajo perlahan.

“Mmmh… ada apa?” Ajo bertanya enggan. Matanya kembali terpejam. Tapi bukan jawaban yang ia peroleh, melainkan sebuah tarikan lagi pada tangannya.

Masih dengan mengantuk Ajo bangkit dari tempat tidur, mengikuti arah tarikan istrinya. Rupanya ke kamar mandi.

Setelah beberapa saat terdengar gemericik air, Nina keluar dari dalam kamar mandi. Wajahnya penuh dengan bekas wudhu.

“Nina ingin tahajud,” ucapnya.

“Lalu…?” suara Ajo terdengar bingung.

 “Temani Ninaaa…” ucapnya lagi setengah merajuk.

***

Ajo menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri. Ia tak habis pikir. Bagaimana mungkin Nina begitu penakut? Bahkan untuk ke kamar mandi dan shalat tahajudpun minta ditemani.

Yang ia tahu, walau terkesan agak manja dan kekanak-kanakan, Nina adalah sosok perempuan yang taat beribadah. Bahkan alasan itulah yang membuatnya memilih Nina sebagai pendamping hidup. Tapi kini, ternyata…

Lagi-lagi Ajo menggelengkan kepalanya. Sementara pada sudut yang lain Nina tersenyum kecil, tanpa sepengetahuan Ajo.

***

Malam ini Ajo kembali terbangun, lebih tepatnya dibangunkan. Sementara Nina, sosok yang selalu membangunkannya itu, terlihat senyum-senyum sendiri.

Sering Ajo bertanya-tanya sendiri tentang perilaku Nina. Mengapa ia selalu dibangunkan setiap malam, hanya untuk menemani tahajud? Dan, anehnya lagi, Nina selalu membangunkannya dengan cara-cara yang, entahlah…agak unik mungkin.

Kadang mengusap rambutnya, memainkan jemari tangannya, menepuk-nepuk pipinya secara perlahan, atau menyentuh-nyentuh dan melangkahkan jari pada hidungnya. Dan, seperti biasa, Nina akan serta-merta menyiapkan sebuah senyum yang paling manis saat ia terjaga. Kalau sudah begitu, bagaimana mungkin ia bisa marah?

“Kenapa Nina selalu minta ditemani?” akhirnya Ajo bertanya juga. “Nina takut hantu, ya?”

Bukannya menjawab, Nina justru tertawa kecil. Tapi tak lama tawanya menghilang, berganti dengan sedikit mendung yang menggelayut di wajahnya.

“Kakak bosan menemani Nina…?” tanyanya dengan menunduk.

“Bukan itu…” cepat-cepat Ajo menyanggah. Ia agak menyesal ketika menyadari bahwa pertanyaannya, telah menebas senyum pada wajah itu. Bahkan kini sosok itu terlihat sedih.

“Nina minta ditemani, bukan karena ingin merepotkan Kakak... juga bukan karena takut hantu. Bukan itu…”

“Lalu… karena apa?” tanpa sadar Ajo bertanya lagi.

“Nina hanya ingin ditemani… Nina hanya ingin ketika mengadu sama Allah, Nina ditemani oleh orang yang Nina sayangi. Dan Nina tak punya siapapun  lagi selain Kakak. Tak ada ayah dan ibu, juga tak ada Wak Haji. Makanya Nina selalu mengajak Kakak. Biar Allah juga tahu bahwa Nina sangat bersyukur atas segala karunia –Nya. Biar Allah juga tahu bahwa Nina … begitu bersyukur mendapatkan Kakak. Biar Nina …”

Tiba-tiba Nina memberi sesuatu kepada Ajo. Satu setel pakaian takwa… lengkap dengan peci dan tasbih! Agaknya benda-benda tersebut telah jauh waktu ia siapkan.

“Nina sayang sama Kakak,” suaranya terdengar dalam. “Nina ingin masuk surga. Nina ingin menjadi bidadari di sana… Lalu Nina akan mencari Kakak, agar kita bisa bersama… Itulah sebabnya Nina selalu minta ditemani Kakak. Agar Allah tahu orang yang Nina inginkan. Sebab Nina, ingin menempati surga… bersama Kakak...”

Tak habis-habisnya Ajo memandangi istrinya. Rasa haru yang terbangun sejak tadi, menggumpal, melahirkan jutaan perasaan yang tak bisa ia terakan lewat kata. Inikah keindahan dari  sebuah pernikahan?

“Nina sayang sama Kakak…” ucapnya lagi sambil memainkan ujung kerudung ungunya.

Dan malam ini, Nina tak lagi tahajud sendirian.

 

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akunFiksiana Community

Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun