titik-titik air jatuh dari langit
bersama langkah mudaku yang kian berat
meninggalkan jejak haru
pada genang air di atas tanah berlumpur: kota kelahiranku
belum genap hitungan waktu
ketika luka menggores kalbu
purnama telah matang ketika, saat itu
ku ucap salam menghampirimu
tersenyum dan seikat mawar di genggam jemariku
ku berbisik lirih, berpacu dengan gemerisik ilalang yang tertunduk malu
“mari menggenggam taqdir”
kamu terdiam, menunduk ragu
Kesunyian merajut waktu hingga menjadi begitu kelu
menyisakan hening yang panjang dan penuh haru
masih dengan kelembutan yang serupa
kutawarkan cinta dan indahnya hidup bersama
“iringi aku menggapai cahaya”
perlahan wajah rembulan itu terangkat
jilbabnya bergetar
dan dengan mata sebening telaga, tangannya terulur
menggenggam mawar yang kubawa, menciumnya, dan berkata:
“terima kasih atas surga yang kau tawarkan
tetapi Allah lebih mencintaiku”
kini hujan telah reda
sisakan sejuk dan sedikit asa dalam dada
menguatkanku menelusuri hari demi hari
mencari cinta rabbani
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community