Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bersama Teman yang Tepat, Kita Bisa Melakukan Apapun dan Menjadi Siapapun

11 Juli 2015   03:43 Diperbarui: 11 Juli 2015   03:43 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi mempunyai teman tim yang tepat saja tidak lantas membuat saya bisa memiliki kehidupan yang luar biasa. Apalagi jika ternyata saya hanya menjadi orang yang ‘daripada enggak ada’ dalam kelompok pertemanan tersebut. Ada begitu banyak prasyarat yang dibutuhkan, yang awalnya saya juga tidak paham hingga beberapa kejadian menyadarkan saya tentang semua.

Saya tidak pernah tahu kenapa begitu sering menjadi ‘yang lebih dulu dicari’ saat teman sedang ingin jalan, membuat rencana kegiatan, atau saat mereka tengah bermasalah dengan teman, tetangga, sekolah, kampus, guru, dosen, senior, tempat kerja, bahkan juga keluarga dan mantan pacar! Dan bukannya menghubungi Si Tb yang jago taekwondo, atau si Mn  yang dompetnya 2 jengkal, si Kp yang kalem-alim, Si Id yang pintar, atau Si Ck yang ahli ngocol nomor wahid. Dan anehnya lagi, saya memang seringkali mampu menyelesaikan masalah mereka.

Saat ada yang bilang, “Bay, Si Mimi di-palak topinya tadi pagi, tapi enggak kena...” Langsung siangnya saya temani cewek mungil itu menyatroni Kawasan Pecinan-Glodok, dengan mata saya yang seperti tukang copet karena terus melirik kanan dan kiri mencari siapa ‘tukang palak’ yang telah membuat Mimi tidak pede pulang sendiri. Juga di Kalibata, Otista, dan nyaris di Darmaga-Bogor, seakan-akan tampang saya yang sengak cukup ‘menjual’ untuk dijadikan spesialis pelindung wanita.

Atau di waktu yang lain ada yang kembali minta tolong karena diancam akan dihancurkan hidupnya oleh sang mantan pacar, saya tak melakukan apapun untuk menolongnya, selain mengajaknya agar ‘terlihat dari jauh’ tengah bersama saya di depan mantan tersebut –yang posturnya mungkin dua kali lebih berisi dari tubuh lidi saya- sambil tak lupa saya beri dia mantra yang menenangkan, “Bilang aja ke dia, Bay ada di belakang lo...”.

Saya bukan si hebat, atau orang yang jago silat. Tapi tak perlu sejenius Einstein untuk tahu berapa banyak begundal yang sungkan untuk cari penyakit dan berpeluang besar ‘kalah dengan sangat malu’ dari seorang anak sekolah. Terutama anak sekolah yang jika keok, akan datang lagi bersama puluhan teman sekolah yang lain untuk memberi ‘pelajaran dan etika’ kepadanya, juga mungkin kepada gerombolannya, atau bahkan kepada ‘Mbah Moyangnya’ sekalian! Dan dengan logika yang mirip pula agaknya mantan pacar teman saya itu tak meneruskan niatnya. Bisa jadi memang dia merasa agak enggan terhadap saya. Terutama terhadap ramai dan solidnya ‘ikatan’ yang ada pada jaringan pertemanan yang saya punya, tanpa saya perlu bersusah-payah memamerkannya.

Pun ketika ada teman yang mencari, saat hendak membuat kegiatan, misalnya. Apa susahnya? Tinggal menghubungi Si Gl atau Ve yang gemar menggemirincingkan otak maka bereslah semua ide tadi menjelma konsep. Lengkap dengan proposal dan selebaran yang dibutuhkan! Dan selanjutnya bilang saja Rx dan Ok, dijamin hanya dalam hitungan menit telah terkumpul ‘genk motor’ yang siap mengantar ke mana-mana. Ditambah dengan Im dan L yang dari ‘blok rumpi dan pesolek’, akan langsung menjadikan informasi kegiatan tersebut mem-viral kemana-mana. Serta tak ketinggalan pula Si Tege, yang walaupun terkesan hanya menyukai keramaian, namun seringkali mampu untuk lebih memeriahkan suasana. Selesailah semua. Apa susahnya? Begitu juga untuk urusan-urusan yang lainnya.

Jauh waktu setelah itu saya baru tahu bahwa ternyata tak semua orang memiliki penerimaan yang sama. Entah itu di komunitas yang berbeda, bahkan juga pada blok teman yang sama. Terlalu sering saya mendengar ucapan, “Lo aja yang ngomong, Bay...” yang hampir selalu dilanjutkan dengan kata-kata, ”Gue enggak enak ama dia,” atau ”Gue enggak begitu akrab.”

Bahkan ada juga yang sambil berbisik menjelaskan, ”Gue udah bilang, Bay... Tapi enggak ngaruh...!” dan banyak lagi kalimat sejenis lainnya, yang kadang menghasut saya untuk berpikir bahwa saya tentulah orang yang memiliki kepribadian magnetik, atau setidaknya memiliki tempat yang khusus di hati teman-teman saya.

Tentu banyak yang tidak sepaham dengan kesimpulan saya ini, yang dengan sedikit mengecam atau meringis sinis akan langsung berkata, ”Ah... Lo cuma ge-er doank kali, Bay...” atau dengan gagahnya langsung menuduh lebay juga narsis. Sebuah kecaman dan tuduhan yang seringkali membuat saya merasa lucu sendiri karena setelahnya justru mereka yang paling ribut dan bersemangat untuk berkata saat ada hal apapun, “Bay ikut, enggak...?” atau ”Panggil Si Bay...” atau ”Engga enak kalo engga ada Si Bay...” serta ’ada Bay-ada Bay’ yang lainnya. Dan semakin terasa lucu dan aneh jika mengingat bahwa saya jelas-jelas bukan teman yang paling asyik dan paling disukai!

Tetap saja saya tidak pernah paham, kenapa bisa hingga begitu bebas bersikap terhadap mereka, mengunyah makanan mereka, menyeruput kopi mereka, menghisap rokok mereka, bahkan hingga tidur di kasur dan mandi di kamar mandi atau kegiatan lainnya di area paling pribadi teman wanita saya tanpa mereka perlu untuk merasa risih apalagi terganggu. Serta banyak lagi hal yang lainnya hingga kadang membuat saya bertanya-tanya sendiri sebenarnya mereka itu teman atau keluarga?

Dan ketidak pahaman itu nyaris menjadi abadi, hingga suatu saat ada dari mereka yang berkata, “Gue ngerasa nyaman aja kalo ama lo, Bay... Enggak tau kenapa...” Sementara pada kesempatan yang lain ada lagi yang bicara, ”Gue tau kalo lo janji mau dateng, lo pasti datang, Bay... Enggak peduli lo janji abis isya tapi datangnya pas dah mo subuh...”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun