Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahkan untuk Matipun Kita Masih Penuh Pamrih

6 Juli 2015   20:58 Diperbarui: 6 Juli 2015   20:58 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memahami substansi mati dari aspek lahiriah saja tentu tidak akan mampu memberikan kedalaman pengalaman batin. Begitupun sebaliknya, penekanan yang sekedar beredar dan terus berkisar-kisar pada sisi batin biasanya cenderung mengabaikan aturan, hukum serta 'peradaban', sehingga berpotensi menuai anggapan sesat dari masyarakat.

Apakah kemudian kita harus terus beretorika tentang ada atau tidaknya 'budaya' dan 'simbol' mayapada di kehidupan setelah dunia? Ah, saya jadi teringat Abu Bakar Asy-Syibli. Jadi terkenang si Mantan Gubernur yang sengaja menanggalkan jabatannya hanya demi menjadi seorang pengemis guna melepaskan cangkang ego dan kesombongan dalam dirinya di mata manusia, demi bisa lebih dekat menuju pencipta-Nya.

Jika saja Asy-Syibli masih hidup, besar dugaan saya bahwa beliau akan kembali mencoba untuk membakar neraka dan surga hingga musnah tanpa sisa. Agar manusia tak lagi perlu pamrih melakukan apapun di alam sebelum-saat-dan setelah mati. Agar manusia hanya melakukan segalanya, hanya untuk-Nya, hanya menuju-nya, dan bukan demi mendapatkan hadiah-Nya ataupun menghindari hukuman-Nya.

Ah...

(Pulang dari ruang maya Kompasiana sambil banyak termenung…).

 

Kompasiana-2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun