Saat Anda berkesempatan berwisata atau ada tugas dari kantor ke Bali, jika ada waktu senggang sempatkanlah menuju GWK Cultural Park di samping menyaksikan sunset di Patung Garuda Wishu Kencana yang merupakan patung terbesar di dunia, anda bisa menyaksikan pagelaran tarian kecak dan tarian tradisional Bali lainnya, yang pementasannya dimulai pukul 18.30 WITA.
Seperti pengalaman penulis yang sempat berlibur ke Bali bersama keluarga, dalam salah satu tujuan wisatanya adalah ke GWK Cultural Park, untuk  menyaksikan sunsest, melihat  patung GWK dari dekat dan menyaksikan pagelaran tarian kecak.
Tari Kecak Garuda Wisnu Kencana
Diambil dari cerita kitab Adi Parwa, tari Kecak Garuda Wisnu ini menceritakan tentang perjalanan Sang Garuda yang harus rela menjadi tunggangan Dewa Wisnu demi Tirta Amerta di surga untuk mengentaskan sang ibu dari perbudakan.
Sesuai legenda, tari Kecak Garuda Wisnu ini dikemas apik dan sangat sakral, dimana pertunjukkan tarian ini dibawakan oleh puluhan laki-laki tanpa membawakan alat musik, kemudian berbaris dan melingkar lalu mengangkat kedua tangannya sambil menyerukan kata "cak,cak,cak" secara berirama di telinga. Suguhan tarian kecak ini menceritakan kisah Dewa Wisnu dengan Sang Garuda sebagai tunggangannya.
Cerita dimulai oleh para bidadari dan raksasa penjaga surga yang sedang bercanda ria, tiba-tiba kedatangan Sang Garuda dianggap asing dan mengganggu maka sontak para raksasa penjaga surga bersama Dewa Indra sang penguasa surga berusaha menangkapnya namun kekuatannya melebihi para raksasa penjaga surga.
Tak hanya tarian Kecak, ada beberapa tarian lain yang bisa kita saksikan seperti tarian Barong, Kera, Rangda, Joged Bumbung, Balinese Parade dengan pakaian tradisional, dan live music oleh Trio Acoustic.
Makna Filosofi Tari Kecak