Nobita coba mengambil jeda, meneruskan kembali renungan-renungan para sufi tentang awal mula kebahagiaan.
"Istirahatkanlah dirimu dari pengaturan-pengaturan, sesuatu yang telah Allah jaminkan untukmu, tak perlu lagi risau memikirkannya."
Allah telah jaminkan rezeki, menentukan takdir terbaik, jodoh hingga kapan kita kembali.
Hal-hal diluar kendali Nobita, seperti pesan Epictetus dan Syeikh Ibn Athailah, tak lagi membuat Nobita risau, Nobita mulai fokus menata masa depan anak-anaknya, merencanakan pendidikan, dari selasar rumahnya yang sederhana disertai segelas kopi Arabika yang disajikan Shizuka tercinta.
Saat Nobita bisa melawan keinginan, Nobita mulai bersyukur atas apa yang telah terjadi, bukan karena pintar seperti Dekisugi atau kaya raya seperti Suneo yang membuat Shizuka menerimanya, tapi karena ketulusan hati Nobita yang ingin membuat orang-orang disekitarnya bahagia.
Alam raya ini sejatinya hanya melakukan aktifitas biasa, perspektif kitalah yang membuatnya berbeda. Â
Begitu gumam Nobita di senja hari nan temaram.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H