Sayangnya serangan itu meleset. Bola api itu justru mengenai polisi yang ada di depannya. Api seketika melahap pria tersebut beserta mobil tempatnya berlindung. Polisi yang malang ity berguling kekiri dan kekanan saat tubuhnya terbakar hidup-hidup.
Wiwik berteriak histeris. Tubuhnya mulai lemas. Ia pun duduk bersimpuh. Wajahnya memerah. Diremaslah rambutnya yang lurus itu sambil menangis.
"Apa yang sudah kulakukan? Apa yang sudah kulakukan?" rintihnya pedih.
Ia tertunduk penuh penyesalan. Niat ingin membuktikan diri pun berubah menjadi bencana. Banyak korban berjatuhan hanya karena tindakannya.
"Bodohnya diriku! Cerobohnya diriku! Ini semua salahku. Salahku!" sesalnya sambil memukulkan tangannya ke tanah.
Melihat kondisi ini, Red Gun dengan anak buahnya bergerak cepat ke arah mobil tahanan. Beberapa diantaranya mengepung dari berbagai penjuru dua polisi tersisa. Dengan sigap, para teroris berhasil menghabisi polisi itu di tempat.
Pintu mobil tahanan mulai dicongkel dan mobil jemputan bagi para teroris ini pun tiba. Sesosok pria berpakaian seperti ninja berwarna biru tua keluar dengan dua buah pedang katana menyilang di punggungnya.
Setelah berbasa-basi singkat, ninja biru ini beserta anggota yang lain langsung masuk ke mobil jemputan berwarna merah. Mereka bergegas masuk dan pergi dari lokasi sebelum polisi dan vigilantis tiba.
Red Gun menginstruksikan kepada anak buahnya yang lain untuk melakukan hal yang serupa. Namun, sebelum masuk ke mobil ia melihat gadis yang tertunduk penuh penyesalan itu dari kejauhan.
"Bagaimana dengan gadis itu kapten? Apa kita perlu membunuhnya juga?" tanya seorang anak buahnya dari dalam mobil.
"Tidak perlu," tukas Red Gun cepat sambil membuka pintu mobil, "Misi kita hanya membebaskan adikku lalu pergi. Bukan untuk membunuh anak kecil."