Seketika ia teringat saat menghentikan jambret dua hari yang lalu.Â
Saat itu ia hanya menggunakan kekuatannya yang tak seberapa untuk sekedar menjatuhkan seorang jambret dari sepeda motornya.
"Pantesan kemarin tidak sampai membakar gedung sekitar," ingatnya singkat sambil nyeruput minumannya, "Lha wong kekuatan yang aku pakai saja enggak terlalu besar kok. Kalo lebih besar kan bisa cukup lawan mereka."
Wiwik pun mendapatkan ide yang bagus. Segera ia lepas jaket denim biru lautnya dan diikatkan ke pinggangnya. Dengan antusias ia habiskan minumannya dalam sekali tenggak.
"Lihat ya buk, sekarang anakmu ini yang akan jadi pahlawan," tuturnya lagi sambil menyeka bekas minuman di mulutnya dan beranjak dari tempatnya berlindung.
Wiwik pun berlari mengitari gedung tersebut menuju gang belakang. Beberapa orang sempat melarang dan mencoba menghentikannya. Namun gadis  yang penuh semangat ini tetap tak gentar. Ia terus maju menuju lokasi baku tembak.
Disingsingkan lengan kaos pinknya hingga ke bahu. Digeraikan pula rambut panjang yang terkuncir hingga berlambaian di udara.Â
Jantungnya berdebar kencang. Kini waktunya sudah tiba. Pembuktian bahwa ia juga bisa menjadi pahlawan.
Keempat polisi tersebut semakin tersudut. Serangan balasan mereka tak sebanding dengan jumlah musuh yang dilawan.Â
Melihat adanya kesempatan ini, Red Gun dengan anak buahnya yang gondrong tadi bergerak ke mobil tahanan yang terguling.
Belum sampai ke mobil tersebut, sebuah bola api melesat kencang ke arah kedua teroris tersebut.