Sontak, Red Gun berhasil mengelak dari serangan tersebut. Naasnya bola api itu justru mengenai anak buahnya yang gondrong. Dengan sekejap api mulai menyelimuti tubuhnya dan membakar habis rambutnya.
Panasnya bukan main. Ia meronta-ronta. Berlari kesana-kemari tak tentu arah. Tanpa disadarinya ia berlari menuju tembakan. Pria gondrong itu pun roboh saat tembakan dari seorang kawan menembus tubuhnya.
Semua orang terkejut melihat kejadian yang begitu cepat ini. Tak disangka pula, bola api kedua melesat kembali dari mulut gang di depan jalan.
Kali ini mengarah kepada anak buah Red Gun yang berlindung depan gedung. Mereka berhasil mengelak sehingga bola api kedua hanya melahap gedung tersebut.
Melihat kesempatan ini, dua polisi yang lain melepaskan tembakan ke arah mereka.Â
Bingung dengan keadaan, Red Gun terpaksa mundur kembali dan berlindung di balik pagar semen.
Di tengah kebingungan ini, seorang gadis berkaos pink dengan celana jeans biru laut keluar dari gang tersebut. Ia tampak tenang saja berada di dalam pertarungan meskipun masyarakat sekitar yang berlindung tampak kaget dan khawatir.
Salah satu polisi yang berlindung di balik mobil mengetahui hal tersebut dan memberikan isyarat untuk mundur.
Wiwik tersenyum manis dan dengan sombongnya dialirkanlah tenaga yang besar pada kedua lengannya. Cahaya kuning mengalir dari dalam urat darahnya. Kedua lengannya mulai memanas dan memancarkan api.
Disatukan kedua telapak tangannya hingga membentuk seperti kuntum bunga. Dengan mantap ia lepaskan tembakan bola api ke arah teroris di seberang.
Bola api ini begitu besar dan kuat hingga mampu menghempaskan bukan hanya tiga teroris yang ada di depan, namun juga membakar gedung-gedung sekitar yang menghalangi lajunya.