Mohon tunggu...
Ahmad Afandi
Ahmad Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh

Masih Belajar Menulis (Kembali) !!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ninja Strike 1987

15 April 2021   16:00 Diperbarui: 15 April 2021   16:01 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari mulai tenggelam di ujung barat, cahaya merahnya mulai beradu dengan langit biru gelap di ujung timur. Embusan angin mulai melambat seiring datangnya hawa dingin malam. Di permukaan bumi ini hanya ada tumpukan-tumpukan Hardware yang sudah membusuk dan menyatu dengan rerumputan gersang serta debu pasir.

Bumi sudah tak layak huni, sebagian pulau tenggelam akibat air laut pasang dan sebagian lain mengalami kekeringan. Umat manusia membuat stasiun luar angkasa di sekitar orbit bumi dan membangun koloni di bulan. Ini adalah bukti kemajuan manusia yang terburuk, di satu sisi manusia berhasil tinggal di luar angkasa seperti impian para ilmuwan kita dan di sisi lain mereka merusak tempat asal mereka.

Kini bumi menjadi tanah tak bertuan sepanjang mata memandang serta menjadi tempat pembuangan, termasuk pembuangan Hardware. Di sinilah, Denis sedang menjelajahi kuburan Hardware mencari harta karun yang berharga. Ia mengikuti arah yang ditunjuk oleh detektor khusus buatannya. Kaosnya lusuh dan sekujur tubuhnya dipenuhi debu, ia melepas sorban dari wajahnya dan mengalungkannya di leher untuk berjaga-jaga barangkali ada embusan angin yang membawa debu menampar wajahnya lagi.

Bau karat dari Hardware yang bercampur debu menusuk hidung Denis yang berjalan agak tergesa-gesa mencari jalan menuju lokasi harta karun di antara bertumpuk-tumpuk Hardware yang sudah menggunung. Tumpukan tersebut begitu tinggi hingga sulit cahaya senja mampu menembusnya, sehingga jalan yang dilalui Denis cukup remang-remang dan hampir gelap. Denis hanya mampu melihat gradasi warna merah keunguan di langit yang diikuti bintang-bintang serta cahaya lampu stasiun angkasa dekat orbit yang membentuk konfigurasi segi panjang.

"Ra, Abang mulai enggak enak nih. Kayaknya ada yang ngeliatin abang dari tadi!" kata Denis sambil memegangi earphone di telinganya. Denis mulai waspada sejak mendekati lokasi harta karun itu, ia merasa diawasi. Ia yakin bahwa yang mengikutinya adalah orang, namun ketika di periksa oleh adiknya yaitu Rara melalui layar komputer tidak ada tanda manusia.

"Abang, sudah bawa alat pemukul kan? Kayak batang besi atau kayu gitu?" tanya Rara.

"Sudah, nih aku bawa payung bekas," jawab Denis.

"Lho, kok bawa payung? Enggak cukup kuat bang! Coba cari yang lain lah!" perintah Rara agak kesal.

"Ra denger ya, Abang gak ada waktu buat cari yang lain, kan Rara tahu sendiri di sini mulai malam dan jalannya ini mulai gelap. Abang mau hari ini juga kita dapetin harta itu. Abang udah deket lho ini, bentar lagi sampai kok," jawab Denis meyakinkan adiknya yang berusia 18 tahun itu.

Denis melanjutkan perjalanannya. Sesekali ia melirik ke belakang, apakah yang mengikutinya itu tepat berada di belakangnya atau sudah pergi? Pikirannya mulai was-was. Ia merasa terus diamati di sini, di sela-sela tumpukan yang berlubang kecil. Baru kali ini ia sadar ada yang mengawasi gerak-geriknya di kuburan Hardware ini. 

Saat pertama kali ia datang hanya ada robot-robot kecil yang hidup di sini, misalnya robot pembersih dinding mirip kumbang yang ia bawa pulang bulan lalu. Namun, kebanyakan robot kecil semacam itu hanya berputar-putar atau menjelajahi kuburan ini secara tidak tentu arah hingga mati kehabisan daya. Sangat tidak mungkin robot semacam itu mengawasi Denis.

Tiba-tiba ada suara benda jatuh di tumpukan Hardware belakang Denis. Suara tersebut cukup keras dan mengagetkannya. Jantung Denis berdegup kencang, ia kemudian berbalik untuk melihatnya. "Siapa itu?" bentak Denis. Tak ada jawaban muncul, sunyi senyap. Angin mulai berhenti berembus dan hari semakin gelap, keadaan mulai mencekam.

Pikirannya kacau dan ia memilih berlari sekencang mungkin sambil mengamati arah yang ditunjuk detektornya. Dalam hati ia berharap sosok yang mengikutinya tak mampu mengejar lagi. Ia terus berlari sekuat yang ia bisa. Setiap belokan labirin ia lewati dengan sesekali kesulitan mengendalikan kecepatan berlarinya sehingga menabrak tumpukan Hardware tersebut.

Denis mulai kelelahan, napasnya terengah-engah, dan keringat membasahi keningnya. Ia tampak kepayahan, maklum sudah sejak subuh ia di sini. Ia melihat detektornya kembali, tampaknya sudah cukup dekat. Ia kemudian mencoba menghubungi adiknya lagi.

"Hah..hah..hah..Rara, hah..hah..kayaknya Abang sudah hampir..," kata Denis terpotong akibat suara benda jatuh di belakangnya. Ia seketika berbalik badan saat suara benda mulai berjatuhan di tumpukan bagian belakangnya. Selain berjatuhan, benda-benda tersebut seperti diinjak-injak. Sepertinya ada sesuatu yang berusaha memanjat tumpukan Hardware itu.

Tak lama kemudian muncul seseorang di puncak tumpukan Hardware. Ia bertubuh ramping dan berkepala botak. Denis kaget melihat wajah orang itu yang berupa tengkorak putih dengan bercak hitam macam goresan. Gusinya merah daging dan bergigi putih bersih, matanya yang tinggal bola itu memelototi Denis dari puncak tumpukan.

"Ra, pantesan kamu tak bisa melacaknya dari monitor komputer. Dia bukan manusia tapi Android. Kini ia sedang melihat Abang," kata Denis.

"Hati-hati Bang, barangkali dia Android jenis petarung!" seru Rara.

"Enggak Ra, Dia bukan petarung. Tubuhnya terlalu ramping dan juga ia pakai baju pelayan yang Abang rasa mirip di Anime Jepang gitu. Dia mungkin jenis Android untuk hiburan," jelas Denis sambil mengamati Android tersebut.

Denis bingung bagaimana bisa Android macam ini dibuang di sini? Baju pelayan atau Maid yang dikenakannya pun sudah berlubang dan lusuh termakan waktu dan debu. Kombinasi wajah tengkorak dengan bola mata besar hendak copot serta baju yang compang-camping macam ini menambah kengerian Android.

Android itu kemudian melompat dan mendarat tepat di depan Denis. Ia mengayunkan kepalan tangan kanannya ke arah Denis. Untungnya, Denis bisa mengelaknya dengan membanting dirinya ke arah kiri. Denis berguling di tanah dan berhenti dengan keadaan tengkurap.

"Tidak ada penghormatan, tidak boleh masuk," kata Android tersebut.

"Ha? Apa?" tanya Denis bingung.

Namun bukannya mendapat jawaban, Android tersebut mencoba menangkap Denis. Ia berlari ke arah Denis yang berusaha untuk bangkit. Terjadi perkelahian di situ antara Denis dengan Android. Denis berusaha memukuli dan melemparkan batu ke arah Android perempuan itu. 

Namun, meskipun di lempar dan dipukuli berkali-kali Android itu masih bisa berdiri dan memberikan perlawanan yang cukup berat, lumayan untuk jenis Android hiburan macam ini.

"Tidak ada penghormatan, tidak boleh masuk," ulang Android itu terus-menerus selama berkelahi.

"Cih, rusak ternyata. Pantes kau dibuang majikanmu," kata Denis sambil melemparnya dengan batu.

Saat Android tersebut membelakanginya, Denis kemudian memukul bagian belakang tengkorak Android tersebut, karena dia tahu bahwa jenis ini memiliki cip AI di bagian kepalanya yang mengontrol seluruh gerak tubuh Android. Denis memukul cukup keras hingga meretakkan tengkorak bagian belakang Android dan tak lupa mematahkan ujung payung yang terbuat dari plastik ABS solid.

Android tersebut terhuyung-huyung kehilangan keseimbangan, hantaman tersebut mengenai cip AI-nya. Denis tak mau menyia-nyiakan kesempatan, maka di doronglah Android itu hingga tersungkur ke tanah. Tengkoraknya menghantam tanah cukup keras hingga berdering. Denis menduduki tubuh Android dan meraih tengkoraknya. Di tariklah tengkorak tersebut sekuat tenaga dengan kedua tangan Denis.

Android tersebut masih memberikan perlawanan dengan mencoba meraih tangan Denis. Namun, perlawanan terakhir itu sia-sia, "kraaaaaaakkk," bunyi tengkorak yang terlepas dari tubuhnya. Kabel-kabel penghubung mulai berjatuhan dari tengkorak yang terpisah itu. 

Denis kemudian berdiri lalu membanting tengkorak tersebut ke tanah dengan sekuat tenaga. Cip AI terlempar keluar dari bagian belakang tengkorak yang begitu kerasnya menghantam tanah. Kini Android tersebut terkapar tak berdaya, mati karena otak AI-nya terlepas.

"Bang, enggak apa-apa kan?" tanya Rara khawatir.

"Enggak apa-apa, Abang mau lanjut dulu," jawab Denis sambil menghela napas.

Dengan kondisi yang cukup kepayahan, ia akhirnya sampai di suatu tumpukan berisi monitor dan CPU. Dalam gelap dan dinginnya malam, ia mengais di antara tumpukan Hardware tersebut. Lalu, ia menemukan sebuah kotak kecil berukuran seperti kotak bekal dengan warna yang samar-samar akibat gelap malam, kemungkinan hijau tua. Ia membuka kotak tersebut dan terkejut melihat isinya.

Perasaan senang dan lega semua bercampur menjadi satu. Akhirnya usaha yang dilakukan selama 3 bulan ini tak sia-sia juga.

"Ra, Alhamdulillah, Akhirnya Abang nemu juga. Ninja Strike 1987 ini sudah di tangan Abang," kata Denis bersyukur.

"Beneran bang? Alhamdulillah. Ya udah bang, aku minta Paman Parmin jemput Abang ya! Abang nyalain detektor lokasi Abang sekarang," jawab Rara antusias.

Denis kemudian menyalakan detektor lokasi dan menyandarkan diri di tumpukan Hardware menunggu jemputan tiba. Sambil memandangi langit malam yang cerah, ia mengamati kaset game tersebut. Di remang-remang malam, ia melihat gambar seorang ninja dengan pedang berpose melawan raja samurai.

Ninja Strike 1987 adalah game retro langka yang sudah dilupakan. Selama beberapa tahun belakangan para Vtuber (para pembuat konten video di Video Tube) mulai membicarakan game tersebut termasuk duet kakak-adik selisih 3 tahun ini yaitu Denis dan Rara. 

Kini game tersebut ada di tangan mereka, dengan demikian kanal Video Tube mereka bisa mendapat views yang banyak serta videonya bisa viral seperti yang mereka berdua idam-idamkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun