Mohon tunggu...
Ahmad Afandi
Ahmad Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh

Masih Belajar Menulis (Kembali) !!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ninja Strike 1987

15 April 2021   16:00 Diperbarui: 15 April 2021   16:01 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiba-tiba ada suara benda jatuh di tumpukan Hardware belakang Denis. Suara tersebut cukup keras dan mengagetkannya. Jantung Denis berdegup kencang, ia kemudian berbalik untuk melihatnya. "Siapa itu?" bentak Denis. Tak ada jawaban muncul, sunyi senyap. Angin mulai berhenti berembus dan hari semakin gelap, keadaan mulai mencekam.

Pikirannya kacau dan ia memilih berlari sekencang mungkin sambil mengamati arah yang ditunjuk detektornya. Dalam hati ia berharap sosok yang mengikutinya tak mampu mengejar lagi. Ia terus berlari sekuat yang ia bisa. Setiap belokan labirin ia lewati dengan sesekali kesulitan mengendalikan kecepatan berlarinya sehingga menabrak tumpukan Hardware tersebut.

Denis mulai kelelahan, napasnya terengah-engah, dan keringat membasahi keningnya. Ia tampak kepayahan, maklum sudah sejak subuh ia di sini. Ia melihat detektornya kembali, tampaknya sudah cukup dekat. Ia kemudian mencoba menghubungi adiknya lagi.

"Hah..hah..hah..Rara, hah..hah..kayaknya Abang sudah hampir..," kata Denis terpotong akibat suara benda jatuh di belakangnya. Ia seketika berbalik badan saat suara benda mulai berjatuhan di tumpukan bagian belakangnya. Selain berjatuhan, benda-benda tersebut seperti diinjak-injak. Sepertinya ada sesuatu yang berusaha memanjat tumpukan Hardware itu.

Tak lama kemudian muncul seseorang di puncak tumpukan Hardware. Ia bertubuh ramping dan berkepala botak. Denis kaget melihat wajah orang itu yang berupa tengkorak putih dengan bercak hitam macam goresan. Gusinya merah daging dan bergigi putih bersih, matanya yang tinggal bola itu memelototi Denis dari puncak tumpukan.

"Ra, pantesan kamu tak bisa melacaknya dari monitor komputer. Dia bukan manusia tapi Android. Kini ia sedang melihat Abang," kata Denis.

"Hati-hati Bang, barangkali dia Android jenis petarung!" seru Rara.

"Enggak Ra, Dia bukan petarung. Tubuhnya terlalu ramping dan juga ia pakai baju pelayan yang Abang rasa mirip di Anime Jepang gitu. Dia mungkin jenis Android untuk hiburan," jelas Denis sambil mengamati Android tersebut.

Denis bingung bagaimana bisa Android macam ini dibuang di sini? Baju pelayan atau Maid yang dikenakannya pun sudah berlubang dan lusuh termakan waktu dan debu. Kombinasi wajah tengkorak dengan bola mata besar hendak copot serta baju yang compang-camping macam ini menambah kengerian Android.

Android itu kemudian melompat dan mendarat tepat di depan Denis. Ia mengayunkan kepalan tangan kanannya ke arah Denis. Untungnya, Denis bisa mengelaknya dengan membanting dirinya ke arah kiri. Denis berguling di tanah dan berhenti dengan keadaan tengkurap.

"Tidak ada penghormatan, tidak boleh masuk," kata Android tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun