Mohon tunggu...
Ahmad Aunullah
Ahmad Aunullah Mohon Tunggu... Konsultan - Pelaku Wisata

Pelaku wisata yang tidak suka berada indoor terlalu lama. Berkantor di Lombok, bertempat tinggal kebanyakaan di laut.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Overtourism Itu adalah Review

23 November 2019   15:56 Diperbarui: 24 November 2019   16:11 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Turis yang selalu kembali berkunjung ke sebuah destinasi biasanya menggunakan dasar karena sudah menganggap destinasi tersebut adalah rumah kedua bagi mereka dan mereka sangat menyukai destinasi tersebut, mereka tidak menyadari bahwa meskipun mereka menyebut sebagai rumah kedua mereka, hal tersebut tidak merubah fakta bahwa mereka berada di rumah orang yang memiliki tradisi dan kebiasaan serta rambu-rambu dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh wisatawan dan juga penduduk lokal dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam setiap panduan wisata ke sebuah destinasi pasti ada daftar 'DOs and DON'Ts' ini sebenarnya sudah harus menjadi panduan pertama bagi turis sebelum mereka tiba di destinasi tersebut untuk bersikap dan menghargai kehidupan disana.

Salah satu poin dari Kode Etik Turis yang dirumuskan oleh The Center for Responsible Tourism (icrtourism.org) menyebutkan "Realize that often the people in the country you visit have time concepts and thought patterns different from your own, this does not make them inferior, only different." atau Harap menyadari bahwa masyarakat di sebuah negara yang akan kita kunjungi akan memiliki perbedaan konsep dan pandangan dengan kita namun tidak menjadikan masyarakat disana lebih rendah, hanya berbeda.

Turis terkadang juga melupakan bahwa wisata adalah sebuah tempat pertukaran ilmu dan pengalaman diantara wisatawan dan tuan rumah dimana wisatawan mungkin dapat membawa ilmu atau kemajuan teknologi dari negara asalnya untuk membantu masyarakat lokal dalam mempermudah kehidupannya dan disisi lain tuan rumah dapat memberikan sebuah pengalaman berupa keaslian dan ciri khas dari daerahnya dimana hal ini mungkin tidak dimiliki oleh negara asalnya.

Dikutip dari Wikipedia bahwa penyebab dari overtourism ini adalah low-cost airlines, Cruises, Website yang menawarkan akomodasi murah serta social media.

Low-cost airlines membawa dampak positif dalam memberikan kemudahan wisatawan dalam mengunjungi destinasi yang diinginkan. Cruises yang merupakan mass tourism yang dapat membawa banyak wisatawan dalam sekali trip, website yang menawarkan akomodasi murah kepada wisatawan yang membuat lebih banyak turis yang mampu untuk berlibur serta dampak positif yang diberikan oleh social media yang selalu mengekspos keindahan alam sekitar.

Keempat penyebab tersebut sebenarnya merupakan dampak positf baik bagi destinasi, pelaku wisata dan penduduk lokal sehingga yang dulunya orang sulit untuk mencapai daerahnya, kini dengan adanya keempat hal tersebut dapat terwujud, namun biasanya dampak negative yang cenderung terlewatkan karena biasanya datangnya diakhir bukan diawal.

Undertourism

Keadaan ini justru kebalikkan dari overtourism dimana sebuah destinasi dengan potensi yang dimiliki justru menjadi destinasi yang kurang dikunjungi oleh wisatawan. Hal ini justru menjadikan ajang promosi dari destinasi yang undertourism dengan mengatakan 'berkunjunglah kesini, anda tidak perlu antri untuk selfie dan posting di Instagram anda" dan lainnya.

Inteprid sebuah perusahaan travel di Melbourne, Australia mengeluarkan daftar 10 negara yang undertourism yaitu Papua New Guinea, Kenya, Tajikistan, Indonesia, Iran, Uzbekistan, Mesir, Kolumbia, Zimbabwe dan Mongolia.

Daftar ini berdasarkan Rasio Kepadatan Wisata atau Tourism Density Ratio yang mereka rumuskan dalam menentukan sebuah destinasi masuk dalam kategori overtourism ataun undertourism.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun