Mohon tunggu...
Ahmad Sidiq
Ahmad Sidiq Mohon Tunggu... Guru - Guru TK dan Content Creator

Guru TK yang tertarik pada dunia anak dan hobi membuat konten video, vlog dan film.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Percobaan Sains Mencampur Warna

3 Desember 2023   20:12 Diperbarui: 3 Desember 2023   20:21 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. TK Islam Nahrus Salamah

Pendahuluan

Usia 3-6 tahun pada manusia merupakan masa perkembangan fase golden age. Pada masa ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik perkembangan secara fisik maupun dilihat dari kecerdasan mental. Perkembangan sel otak membuat anak mulai dapat memusatkan perhatian terhadap sesuatu. Para ahli meyakini bahwa perkembangan sel otak terjadi pesat dimasa anak-anak. Sebanyak 50% perkembangan sel otak terjadi ketika anak mencapai usia 4 tahun dan mencapai 80% ketika anak berusia 8 tahun (Busthomi, 2012:16). Oleh karena itu, hendaknya pada usia tersebut anak sudah diberikan stimulan-stimulan untuk membangun imajinasi dan mengaktifkan sel-sel otak pada anak agar perkembangan anak mencapai skala maksimal dalam berbagai aspek perkembangan.

Riset dari Elif Ozturk Yilmaztekin dan Feiza Tantekin Erden (2011) menunjukkan bahwa topik pembelajaran sains atau bahan ajar sains berangkat dari lingkungan sekitar. Guru menyiapkan materi kegiatan, alat dan bahan yang digunakan dalam kelas. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran field trip, investigasi, metode pembuatan proyek, metode eksperimen maupun metode eksplorasi. Guru memiliki peran dalam memfasilitasi pembelajaran bagi anak.

Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan media belajar, pengorganisasian dan perencanaan kegiatan pembelajaran dalam mencampur warna belum dilakukan guru secara maksimal, sehingga pemahaman anak terhadap konsep pencampuran warna juga belum maksimal. Salah satu penyebabnya karena anak hanya mendapat informasi secara teori dari guru. Sementara, pembelajaran kurikulum 2013 PAUD mengharuskan guru untuk menyusun perencanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik yang lebih menitikberatkan pada aktivitas anak melalui kegiatan eksplorasi.

Hasil pengamatan terhadap hasil belajar dikelas, dari 14 anak Kelompok B di TK Islam Nahrus Salamah Desa Arumanis terdapat 2 anak atau hanya 14,28% yang mampu mengenal konsep pencampuran warna. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor permasalahan, yaitu : (1) sebagian besar anak tidak fokus dalam kegiatan pembelajaran, (2) penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik bagi anak, serta (3) kondisi anak yang lebih asyik bermain sendiri.

Berdasarkan permasalah diatas maka perlu dikukan perbaikan pembelajaran dalam meningkatkan kemapuan kognitif anak melalui percobaan sains dalam mengenal pencampuran warna pada anak kelompok B TK Islam Nahrus Salamah Desa Arumanis semester I tahun pelajaran 2019/2020. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu "apakah dengan menggunakan permainan sains dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui percobaan sains dalam mengenal pencampuran warna pada anak kelompok B TK Islam Nahrus Salamah Desa Arumanis semester I tahun pelajaran 2019/2020?". Adapun tujuannya yaitu untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal pencampuran warna melalui kegiatan percobaan sains pada anak Kelompok B TK Islam Nahrus Salamah Desa Arumanis Tahun Pelajaran 2019/2020.

Kerangka Dasar Teori

Kognitif adalah suatu kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (ternmasuk kesadaran, perasaan dan sebagainya) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri sehingga individu memiliki kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian (Sujiono, 2014). Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Kogninif lebih bersifat pasif atau statis yang merupakan potensi atau daya untuk memahami sesuatu, sedangkan inteligensi lebih bersifat aktif yang merupakan aktualisasi atau perwujudan dari daya atau potensi tersebut bentuk aktivitas atau perilaku.

Kognitif juga berkaitan dengan bagaimana cara individu bertingkah laku, cara individu bertindak, serta cepat lambatnya individu didalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya. Gambaran tentang ciri-ciri perilaku kognitif antara lain: (1) berpikir lancar, yaitu menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang relevan dan arus pemikiran lancar. (2) berpikir luwes, yaitu menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam, mampu mengubah cara atau pendekatan dan arah pemikiran yang berbeda-beda, (3) berpikir orisinal, yaitu memberikan jawaban yang tidak lazim atau lain dari yang lain yang jarang diberikan kebanyakan orang lain, (4) berpikir terperinci (elaborasi), yaitu mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan, memperinci detail-detail, dan memperluas suatu gagasan.

Jean Piaget (Fikriyati, 2013:142) membagi tahapan yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang semakin meningkat seiring pertambahan usia sebagai berikut : (1) periode sensorimotor berada pada usia 0--2 tahun, (2) periode praoperasional berada pada usia 2--7 tahun, (3) periode operasional konkrit berada pada usia 7--11 tahun, (4) periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa).

Kognitif berkaitan dengan memori dan intelegensi yang akan mengalami kemerosotan dengan terus bertambahnya usia. Inteligensi atau yang sering dikenal dengan istilah kecerdasan secara umum difahami pada dua tingkat yaitu : kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahun dan kecerdasan; dan kecerdasan yang difahami sebagai kemampuan untuk merespon informasi untuk mampu menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Sehingga dapat dikatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun