1. "Aku tidak punya hati"
Kalimat ini adalah ekspresi dari penyangkalan terhadap perasaan atau emosi yang sering dianggap sebagai sumber kelemahan. Dengan mengatakan bahwa ia "tidak punya hati," Putri Rou Jia mencoba menunjukkan bahwa ia telah memutuskan untuk menutup dirinya dari emosi seperti cinta, empati, atau kehangatan yang dapat membuatnya rentan. Ini adalah mekanisme pertahanan untuk melindungi dirinya dari luka atau kekecewaan lebih lanjut.
2. "Punya hati bisa memicu rasa bersalah"
Ungkapan ini menunjukkan bahwa memiliki hati, atau perasaan, sering kali membuat seseorang rentan terhadap rasa bersalah---mungkin karena keputusan yang diambil, tindakan yang dilakukan, atau pengkhianatan yang dilakukan kepada orang lain. Putri Rou Jia mungkin merasa bahwa perasaan seperti cinta atau empati hanya membawa konflik batin yang menghambat tujuan atau ambisinya.
3. "Tanpa hati, tak akan tersiksa"
Ini adalah kesimpulan dari pandangan Putri Rou Jia: dengan menyingkirkan perasaan atau emosi, ia percaya bahwa dirinya tidak akan lagi tersiksa oleh rasa sakit emosional, rasa bersalah, atau dilema moral. Pernyataan ini mencerminkan sikap dingin dan tegar yang ia adopsi untuk bertahan dalam situasi yang penuh tekanan atau pengkhianatan.
Ungkapan ini mencerminkan:
1. Trauma emosional: Putri Rou Jia kemungkinan besar pernah mengalami pengalaman yang sangat menyakitkan, seperti dikhianati, kehilangan orang yang dicintai, atau berada dalam situasi di mana emosi menjadi kelemahan yang dieksploitasi.
2. Mekanisme bertahan hidup: Dengan "tidak punya hati," ia berusaha melindungi dirinya dari luka emosional yang lebih besar.
3. Konflik batin: Meskipun ia menyatakan bahwa ia tidak punya hati, ungkapan ini juga bisa menjadi cerminan rasa sakit yang mendalam. Mungkin, ia sebenarnya masih memiliki hati, tetapi memilih untuk menekan atau mengabaikannya demi bertahan hidup atau mencapai tujuannya.
Pernyataan Putri Rou Jia menggambarkan dilema manusiawi: apakah lebih baik menjalani hidup dengan hati yang penuh emosi, meski berisiko terluka, atau menekan emosi dan menjalani hidup tanpa rasa sakit tetapi juga tanpa kebahagiaan sejati? Ungkapan ini juga mencerminkan kerumitan karakter Putri Rou Jia yang mencoba menyeimbangkan kekuatan dan kelemahannya di tengah intrik politik atau konflik pribadi.