Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kembali Memanusiakan Manusia di Era Digital, Sebuah Refleksi

24 Oktober 2024   18:26 Diperbarui: 24 Oktober 2024   18:48 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecemasan muncul ketika kita merasa tidak dapat mengikuti atau memenuhi harapan tersebut, sementara rasa depresi bisa timbul dari perasaan bahwa hidup kita tidak seindah yang ditampilkan orang lain. 

Sifat media sosial yang terus-menerus menampilkan highlight kehidupan orang lain juga memicu perasaan bahwa kita selalu ketinggalan sesuatu yang penting, meskipun hal tersebut sebenarnya tidak relevan dengan kesejahteraan kita.

Dengan begitu, FOMO tidak hanya menciptakan perasaan kurang, tetapi juga memutuskan kita dari kenyataan bahwa setiap orang menjalani perjalanan hidup yang unik dengan tantangan masing-masing.

2. Hilangnya Empati dan Komunitas

Pinterest.com/andiasifa05062006 
Pinterest.com/andiasifa05062006 

a. Polarisasi Opini

Media sosial, yang pada awalnya diciptakan untuk menghubungkan orang-orang, kini sering kali menjadi platform yang memperkuat polarisasi opini dan memicu perdebatan yang tidak sehat. 

Algoritma media sosial cenderung menyajikan konten yang sesuai dengan minat dan pandangan pengguna, yang dikenal sebagai filter bubble atau echo chamber. Ini berarti kita lebih sering terpapar pada pandangan yang sejalan dengan keyakinan kita sendiri, sehingga pandangan kita semakin mengeras tanpa tantangan dari sudut pandang yang berbeda. Akibatnya, polarisasi meningkat, dan perbedaan pendapat yang seharusnya menjadi ruang untuk berdiskusi, justru berujung pada konflik.

Dalam lingkungan online, banyak pengguna merasa bebas mengekspresikan pandangan mereka tanpa mempertimbangkan dampaknya pada orang lain. Kurangnya komunikasi tatap muka membuat banyak orang cenderung kurang berhati-hati dalam berkomentar, yang sering kali memicu perdebatan kasar atau bahkan serangan pribadi. 

Hal ini diperburuk oleh anonimitas yang diberikan oleh platform digital, yang membuat orang merasa lebih aman untuk mengutarakan pendapat mereka tanpa harus menghadapi konsekuensi sosial langsung. Tanpa isyarat non-verbal, seperti nada suara atau ekspresi wajah, pesan yang disampaikan sering kali diinterpretasikan secara salah, meningkatkan potensi kesalahpahaman dan konflik.

Lebih jauh, kurangnya empati dalam komunikasi online menjadi semakin nyata. Ketika kita tidak berhadapan langsung dengan orang lain, lebih mudah untuk melupakan bahwa mereka juga manusia dengan perasaan dan perspektif yang berbeda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun