Ketika individu menyelesaikan satu tugas dengan perhatian penuh, mereka lebih mungkin untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam dan kreativitas yang lebih tinggi, dibandingkan dengan saat mereka berpindah-pindah antar tugas.
Selanjutnya, setelah menyelesaikan satu sesi kerja, individu tersebut dapat beralih ke aktivitas lain dengan perasaan bahwa mereka telah mencapai sesuatu.Â
Ini menciptakan rasa pencapaian yang positif dan memberikan kesempatan bagi otak untuk beristirahat sebelum melanjutkan ke tugas berikutnya. Pendekatan ini mendukung keseimbangan antara menyelesaikan banyak tugas dan menjaga fokus serta kualitas kinerja, sehingga memaksimalkan produktivitas tanpa mengorbankan kemampuan kognitif.
Christin Wibhowo menegaskan bahwa dampak multitasking terhadap IQ seseorang bisa bervariasi, tergantung pada jenis kegiatan yang dilakukan. Beberapa faktor yang memengaruhi ini antara lain:
1. Tipe Aktivitas
 Jika seseorang melakukan beberapa tugas yang memerlukan konsentrasi dan pemikiran mendalam secara bersamaan, seperti belajar sambil melakukan pekerjaan lain yang menuntut perhatian, kemungkinan besar akan terjadi penurunan kemampuan kognitif. Sebaliknya, jika multitasking dilakukan antara aktivitas yang lebih rutin atau tidak memerlukan perhatian penuh, dampaknya mungkin tidak signifikan.
2. Keterampilan dan Pengalaman
Tingkat keterampilan dan pengalaman seseorang dalam melakukan tugas tertentu juga mempengaruhi seberapa baik mereka dapat melakukan multitasking.
 Seseorang yang terampil dalam satu tugas mungkin dapat melakukannya dengan baik sambil melakukan tugas lain yang lebih sederhana, tanpa terlalu banyak mengganggu fokus.
3. Pengaturan Waktu
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, cara mengatur waktu juga berpengaruh. Dengan membagi waktu menjadi sesi-sesi terfokus, seseorang dapat mengurangi efek negatif dari multitasking dan tetap menjaga kinerja yang baik.