Misalnya, seseorang bisa menggunakan teknik seperti Pomodoro, di mana mereka bekerja selama 25 menit dengan fokus penuh pada satu tugas, kemudian diikuti dengan istirahat singkat.Â
Dengan cara ini, meskipun seseorang melakukan beberapa hal, mereka tetap mampu menjaga fokus pada masing-masing tugas dalam waktu yang ditentukan. Hal ini membantu meminimalkan gangguan dan meningkatkan produktivitas tanpa mengorbankan kualitas pekerjaan.Â
Christin mengindikasikan bahwa dengan perencanaan yang baik dan pengaturan waktu yang tepat, seseorang dapat mengerjakan banyak hal sekaligus tanpa mengurangi efisiensi intelektual. Ini menunjukkan bahwa kunci untuk multitasking yang efektif adalah manajemen waktu dan perhatian, bukan hanya sekadar mengerjakan banyak hal secara bersamaan tanpa strategi.
Christin Wibhowo memberikan contoh konkret tentang cara melakukan multitasking yang efektif dengan membatasi berbagai aktivitas dalam periode waktu tertentu. Dengan membagi waktu menjadi sesi-sesi yang terstruktur, seseorang dapat fokus pada satu tugas dalam satu waktu sebelum beralih ke tugas lainnya.
Misalnya, ia menyarankan untuk menghabiskan 30 menit pertama untuk mengerjakan tugas tertentu, seperti menyelesaikan pekerjaan, belajar, atau menulis. Setelah 30 menit tersebut, individu tersebut kemudian beralih ke kegiatan lain selama 30 menit, seperti beristirahat, melakukan aktivitas fisik, atau menyelesaikan tugas yang berbeda.
Pendekatan ini memungkinkan individu untuk memberikan perhatian penuh pada setiap aktivitas yang dilakukan, meningkatkan efisiensi dan produktivitas.Â
Dengan cara ini, seseorang dapat menghindari kebingungan dan gangguan yang biasanya muncul ketika mencoba mengerjakan beberapa hal sekaligus tanpa fokus.
 Selain itu, dengan adanya periode istirahat di antara tugas-tugas, otak juga memiliki waktu untuk memproses informasi dan beristirahat, yang pada gilirannya dapat mendukung peningkatan kemampuan intelektual dan menjaga kesehatan mental.
Dengan membatasi durasi setiap aktivitas, Christin menekankan bahwa multitasking bisa dilakukan secara lebih efektif dan efisien, tanpa mengorbankan kualitas hasil kerja.
Praktik membatasi durasi waktu untuk setiap aktivitas, seperti yang dijelaskan oleh Christin Wibhowo, mampu membuat otak lebih fokus pada satu pekerjaan meskipun sebenarnya banyak aktivitas yang dilakukan. Ketika seseorang menetapkan periode waktu tertentu untuk setiap tugas, mereka dapat memusatkan perhatian dan energi pada pekerjaan tersebut, tanpa terganggu oleh pikiran tentang tugas lainnya yang harus dilakukan.
Dengan cara ini, otak tidak dibebani oleh stres dari multitasking yang berlebihan. Sebaliknya, fokus yang diperoleh selama periode waktu yang ditentukan meningkatkan efisiensi dan kualitas hasil kerja.Â