"Baiklah, Pak. Kalau begitu, saya ikut saja arusnya," kata Pak Lurah menyerah.
Di penghujung hari, semua pejabat kembali ke rumah masing-masing, merasa puas dengan pencapaian hari itu. Meskipun tidak ada satu pun proyek yang benar-benar selesai, anggaran terus berputar, dan rakyat---setidaknya untuk sementara waktu---masih belum menyadari apa yang terjadi di balik rapat-rapat "rahasia" itu.
Pak Bupati menutup hari dengan duduk di sofa, menyeruput kopi sambil menonton berita.
"Tentu saja, berita tentang jalan rusak di desa-desa itu belum sampai ke sini," gumamnya sambil tersenyum lebar.
Di layar, terlihat seorang presenter berita berkata, "Pemerintah daerah kembali merencanakan proyek pembangunan besar-besaran untuk kesejahteraan masyarakat. Proyek ini diharapkan dapat memperbaiki infrastruktur yang selama ini rusak dan tertunda."
Pak Bupati tertawa. "Tertunda? Itu istilah halus untuk 'belum dimulai', Mas!"
Dan begitu lah hari berakhir dengan sebuah kenyataan komedi di balik rapat-rapat pemerintahan. Setiap orang tahu ada yang salah, tapi semuanya terlalu sibuk menikmati "taman hijau tanpa tanaman" dan proyek jangka panjang yang bahkan mungkin tak pernah ada.
Keesokan harinya, suasana di kantor bupati lebih riuh dari biasanya. Ada kabar yang membuat seluruh kantor sibuk: akan ada kunjungan mendadak dari tim audit pusat! Pak Bupati yang biasanya santai, kini terlihat pucat pasi.
"Audit pusat? Kok tiba-tiba?" tanya Pak Bupati sambil menggigit kuku.
Pak Wakil Bupati yang duduk di sebelahnya, sambil membaca koran dengan santai, menjawab, "Santai aja, Pak. Kita bisa bereskan semua laporan, kan? Lagian, kan udah biasa manipulasi laporan."
"Tapi kali ini tim auditnya beda, Pak Wakil. Katanya ini audit menggunakan teknologi canggih, AI! Semua data dan laporan bakal dicek ulang dengan detil. Nggak bisa sembunyi lagi di balik kertas-kertas laporan fiktif kita."