g. Menyebabkan Ketidakpuasan dan Kelelahan
Kebiasaan selalu mengatakan "ya" ketika tidak ingin pada akhirnya akan menyebabkan ketidakpuasan dan kelelahan. Seseorang yang sering merasa terpaksa mengikuti ajakan akan merasa semakin jauh dari keinginan dan kebutuhan pribadinya. Ini dapat menimbulkan stres, frustrasi, dan bahkan menurunkan kesejahteraan mental. Mereka juga bisa merasa terjebak dalam rutinitas yang mereka tidak nikmati, yang membuat mereka merasa tertekan atau terbebani secara emosional.
Untuk mengatasi kecenderungan ini, penting bagi seseorang yang mengalami FOMO untuk belajar menetapkan batasan pribadi dan merasa nyaman dengan mengatakan "tidak" ketika mereka benar-benar tidak ingin atau tidak perlu mengikuti ajakan. Menyadari bahwa menolak tidak selalu berarti kehilangan sesuatu yang berharga dan bahwa kesejahteraan pribadi lebih penting daripada mengikuti semua hal tanpa henti adalah langkah penting untuk mengurangi dampak negatif FOMO dalam kehidupan sehari-hari.
6. Â Lebih peduli dengan Media Sosial daripada Kehidupan Nyata
Salah satu dampak besar dari FOMO (Fear of Missing Out) adalah pergeseran perhatian dari kehidupan nyata ke dunia maya. Orang yang mengalami FOMO cenderung lebih peduli dengan apa yang terjadi di media sosial daripada dengan momen-momen dalam kehidupan nyata. Mereka terfokus pada bagaimana mereka terlihat di dunia maya dan merasa perlu untuk mengikuti atau menyesuaikan diri dengan tren yang mereka lihat di sana. Hal ini dapat menciptakan keinginan kuat untuk diakui dan diterima oleh orang lain di platform digital.
Keinginan untuk diakui ini sering kali muncul dalam bentuk usaha yang intens untuk mendapatkan validasi sosial melalui jumlah "likes," komentar, dan interaksi di media sosial. Seseorang mungkin merasa tidak puas dengan kehidupannya sendiri, sehingga mereka mencoba menciptakan citra tertentu yang terlihat lebih menarik atau "ideal" di dunia maya. Misalnya, seseorang mungkin membagikan foto-foto yang diedit atau dipilih dengan hati-hati untuk menunjukkan bahwa mereka juga mengalami momen-momen "menyenangkan" yang setara dengan apa yang mereka lihat dari orang lain.
Kebutuhan untuk diakui dan diterima ini menyebabkan seseorang terus-menerus membandingkan diri dengan apa yang ditampilkan oleh orang lain di media sosial. Mereka menjadi lebih terobsesi dengan bagaimana mereka dilihat oleh orang lain, bukan tentang bagaimana mereka sebenarnya menjalani hidup. Sering kali, mereka mengorbankan pengalaman nyata, seperti waktu bersama keluarga, istirahat yang cukup, atau bahkan kesehatan mental, demi memposting atau tetap terlibat dalam percakapan dan aktivitas di dunia maya.
Akibatnya, ini menciptakan siklus yang berbahaya. Semakin seseorang berusaha mendapatkan pengakuan dari media sosial, semakin mereka merasa kurang puas dengan diri mereka sendiri karena standar yang mereka ikuti biasanya tidak realistis. Mereka terus-menerus mengejar validasi eksternal, yang bisa menyebabkan ketegangan emosional, kecemasan, dan perasaan tidak berharga jika mereka tidak mendapatkan respons yang mereka harapkan.
Pada akhirnya, ketergantungan pada pengakuan di dunia maya ini bisa mengganggu hubungan nyata dan momen-momen penting di kehidupan sehari-hari. Seseorang mungkin merasa terisolasi secara emosional karena lebih fokus pada kesan digital daripada membangun hubungan nyata dengan orang di sekitar mereka. Ini mengakibatkan ketidakpuasan yang lebih dalam terhadap kehidupan, meskipun terlihat aktif dan "berhasil" di media sosial.
Gejala-gejala ini bisa berdampak negatif pada kesejahteraan emosional dan mental. Oleh karena itu, penting untuk mengenali dan menyadari kapan kita mulai mengalami perasaan FOMO, sehingga kita dapat mengambil langkah untuk mengelola kecemasan ini dan kembali fokus pada kehidupan kita sendiri tanpa merasa terbebani oleh apa yang mungkin kita lewatkan.
TIPS MENGURANGI PERASAAN FOMO