Suatu malam, Melody duduk di meja riasnya, menulis di jurnalnya dengan cahaya lembut lampu tidur. Dia merenungkan tentang semua yang telah dia alami sejak hari kelulusannya, dan hatinya terasa penuh dengan rasa syukur dan harapan.
Tiba-tiba, ponselnya berdering di meja sampingnya, menandakan panggilan masuk dari Adrian. Dengan senyum di wajahnya, Melody segera mengangkat teleponnya.
"Halo, Adrian," sapanya dengan suara lembut.
"Halo, Melody," jawab Adrian dengan hangat dari sisi lain garis. "Aku hanya ingin mendengar suaramu lagi. Aku merindukanmu."
Melody tersenyum lebar. "Aku juga merindukanmu, Adrian. Bagaimana harimu?"
Mereka pun mulai berbincang, berbagi cerita tentang apa yang terjadi dalam hidup mereka sejak terakhir kali mereka berbicara. Percakapan mereka penuh dengan tawa, canda, dan keintiman, mengingatkan mereka pada hubungan yang kuat yang mereka miliki.
Setelah percakapan mereka berakhir, Melody duduk dengan dada yang terasa hangat. Meskipun jarak memisahkan mereka, cinta mereka tetap abadi, dan dia tahu bahwa mereka akan selalu bersama, tak peduli apa pun yang mungkin terjadi.
Dan di malam yang sunyi, di dalam kamar kosnya yang hangat, Melody menulis satu baris di jurnalnya: "Cinta pertama adalah mawar yang tak pernah layu, tumbuh dengan kuat di antara jarak dan waktu."
Bab 8: Kembali ke Awal
Musim semi kembali tiba di Kampus Universitas Bunga Mawar, membawa kesegaran dan kehidupan baru ke lingkungan kampus yang indah. Di antara bunga-bunga yang mekar dan pepohonan yang hijau, ada satu sudut kampus yang penuh dengan kenangan indah bagi Melody dan Adrian.
Keduanya kini kembali ke kampus yang pernah menjadi saksi dari awal hubungan mereka yang tak terlupakan. Dengan hati yang penuh harap, mereka berjalan berpegangan tangan di sepanjang jalur berliku di taman kampus.