Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Peluang dan Tantangan Bekerja di Jepang: Negeri Sakura

24 Maret 2024   09:29 Diperbarui: 30 Maret 2024   06:50 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Jepang, suatu negara yang terkenal dengan kemajuan teknologi yang canggih dan kekayaan budaya yang melimpah, menawarkan peluang kerja yang menarik bagi banyak orang dari berbagai negara, termasuk warga Indonesia. Namun, pada tahun 2023, Jepang mengalami penurunan jumlah tenaga kerja produktif yang sangat signifikan, yang merupakan yang terburuk dalam 90 tahun terakhir sebagaimana diperlihatkan oleh data awal pemerintah pada hari Selasa. 

Penurunan ini dipicu oleh penurunan drastis dalam jumlah kelahiran di negara tersebut. Data awal menunjukkan bahwa jumlah bayi yang lahir di Jepang turun secara berkesinambungan selama delapan tahun berturut-turut, mencapai rekor terendah baru pada tahun 2023. Jumlah kelahiran menurun sebesar 5,1% dari tahun sebelumnya, menjadi hanya 758.631 bayi yang lahir. 

Selain itu, terjadi penurunan yang signifikan dalam jumlah perkawinan, yang turun sebesar 5,9% menjadi 489.281 pernikahan. Ini adalah pertama kalinya dalam 90 tahun jumlah perkawinan turun di bawah angka 500.000. Hal ini menunjukkan penurunan lebih lanjut dalam jumlah penduduk karena kelahiran dalam ikatan perkawinan semakin jarang terjadi di Jepang. 

Perdana Menteri Jepang saat itu, Fumio Kishida, menggambarkan tren penurunan ini sebagai "krisis paling parah yang dihadapi negara kita". Dalam upaya untuk mengatasi masalah depopulasi ini, Kishida meluncurkan serangkaian langkah pada akhir tahun sebelumnya untuk mendukung rumah tangga yang memiliki anak.  

Langkah-langkah ini diharapkan dapat memperbaiki situasi demografis negara dan merangsang peningkatan kelahiran. Penting untuk dicatat bahwa penurunan jumlah penduduk ini memiliki potensi dampak yang luas, baik secara sosial maupun ekonomi. 

Secara sosial, penurunan jumlah penduduk dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam piramida usia, dengan lebih banyak orang tua daripada generasi muda. Ini dapat mengakibatkan beban yang lebih besar pada generasi yang lebih muda untuk merawat generasi yang lebih tua, serta menghadapi tantangan dalam menyediakan sistem perawatan kesehatan dan jaminan sosial yang memadai.  Dari segi ekonomi, depopulasi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena berkurangnya tenaga kerja produktif dan penurunan dalam konsumsi domestik.

Menurut perkiraan dari Institut Nasional Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial, populasi Jepang kemungkinan akan mengalami penurunan sekitar 30% menjadi 87 juta pada tahun 2070. Proyeksi ini menunjukkan bahwa empat dari setiap 10 orang akan berusia 65 tahun atau lebih, menyoroti tantangan serius yang dihadapi negara dalam menghadapi penuaan populasi dan depopulasi yang cepat. 

Dengan demikian, situasi demografis Jepang merupakan masalah serius yang memerlukan tindakan yang cepat dan tepat dari pemerintah serta masyarakat secara keseluruhan untuk menciptakan kebijakan dan program yang dapat merangsang pertumbuhan populasi dan mengatasi tantangan yang dihadapi oleh depopulasi.

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah bersua dengan Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yasushi Masaki, pada hari Selasa guna membicarakan penguatan kerja sama antara kedua negara, terutama di sektor ketenagakerjaan. 

Dalam pertemuan tersebut, Menteri Fauziyah menyampaikan harapannya akan terjalinnya kerja sama yang lebih erat dan mengucapkan harapan atas penugasan Masaki sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Jepang untuk Indonesia. Beliau menegaskan bahwa Jepang, yang telah menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia selama 65 tahun, merupakan mitra strategis Indonesia di berbagai sektor, termasuk ketenagakerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun