Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Berdirinya Masjid Jami' Tegalsari di Ponorogo, Jawa Timur

22 Maret 2024   07:57 Diperbarui: 22 Maret 2024   08:01 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokumen Pribadi: foto Batu Bancik di Masjid Tegalsari Ponorogo
Dokumen Pribadi: foto Batu Bancik di Masjid Tegalsari Ponorogo

Konon, dikatakan bahwa batu bancik yang terdapat di Masjid Tegalsari berasal dari masa kerajaan Hindu Majapahit setelah keruntuhannya. Secara filosofis, keberadaan batu ini bersamaan dengan pendirian Masjid Tegalsari memiliki makna yang mendalam. Hal ini dianggap sebagai simbol peralihan masyarakat dari kepercayaan Hindu yang dominan pada masa Majapahit menuju penerimaan dan pengamalan ajaran Islam. Makna filosofis dari batu bancik ini menggambarkan proses transisi dan transformasi keagamaan yang terjadi di wilayah tersebut. Seiring berdirinya Masjid Tegalsari sebagai pusat kegiatan keagamaan Islam, batu bancik tersebut menjadi saksi bisu dari perubahan budaya dan kepercayaan yang terjadi dalam masyarakat setempat.

Keberadaan batu bancik ini juga menandakan adanya toleransi dan integrasi antara berbagai tradisi keagamaan yang berkembang di Indonesia. Meskipun berasal dari latar belakang keagamaan yang berbeda, masyarakat Majapahit yang pada awalnya menganut kepercayaan Hindu kemudian menerima dan mengamalkan ajaran Islam yang dibawa oleh para ulama dan tokoh agama pada masa itu. Dengan demikian, batu bancik di Masjid Tegalsari tidak hanya menjadi bagian dari warisan sejarah, tetapi juga menjadi simbol perjalanan spiritual dan keberagaman budaya di Indonesia, yang patut dihargai dan dijaga keberadaannya sebagai bagian dari identitas dan kekayaan budaya bangsa.

Lokasi dan Status Cagar Budaya 

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (kemdikbud.go.id), Masjid Tegalsari merupakan salah satu masjid yang dibangun sejak abad ke-18. Masjid kuno ini terletak sekitar 12 kilometer di arah tenggara dari Kota Ponorogo. Kompleks masjid beserta pondok pesantrennya memiliki luas sekitar 4.500 meter persegi. Kompleks Masjid Tegalsari dikelilingi oleh tembok yang memagari area masjid. Tinggi tembok tersebut mencapai sekitar 11 meter. Kehadiran tembok ini tidak hanya sebagai pembatas fisik, tetapi juga menambah kesan kekokohan serta keberadaan masjid ini dalam konteks historis dan budaya.

Tak hanya sebagai tempat ibadah, Masjid Tegalsari juga memiliki nilai budaya yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan statusnya sebagai bangunan cagar budaya, yang diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992. Status ini menandakan bahwa masjid ini dianggap memiliki nilai sejarah, arsitektur, dan kebudayaan yang penting untuk dilestarikan dan dijaga keberadaannya bagi generasi mendatang. Masjid Tegalsari dengan demikian bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga sebuah warisan budaya yang berharga bagi masyarakat Indonesia.

Masjid Jami' Tegalsari: Destinasi Wisata Religi yang Tidak Boleh Dilewatkan di Ponorogo

.(Foto: Aunur Rofiq/JatimTIMES)/malangtimes.com
.(Foto: Aunur Rofiq/JatimTIMES)/malangtimes.com

Dikenal sebagai "Kota Santri" dan terkenal dengan julukan "Bumi Reog", Kabupaten Ponorogo di Jawa Timur memancarkan pesona keagamaan dan kebudayaan yang kaya. Salah satu destinasi wisata religi yang paling terkenal dan bersejarah di sana adalah Masjid Jami' Tegalsari. Masjid Jami' Tegalsari terletak di Dukuh Gendol, Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Ponorogo, sekitar 11 kilometer dari pusat kota. Keindahan arsitektur dan kekayaan sejarah yang dimiliki membuatnya menjadi tempat yang istimewa bagi setiap pengunjung, termasuk saya, seorang mahasiswa yang telah lama menetap di Ponorogo. Kunjungan saya dimulai pada malam Jum'at, saat suasana bulan Ramadhan 1445 H/2024 M. Begitu tiba di masjid Tegalsari sekitar pukul 20.45 WIB, saya disambut oleh keramaian jama'ah yang sedang menikmati suasana malam yang istimewa. Tempat parkir kendaraan di kompleks masjid begitu ramai, dan saya mengetahui bahwa biaya parkir dikenakan hanya pada saat-saat tertentu, terutama malam Jum'at ketika banyak peziarah datang.

Saat menjelajahi kompleks masjid, saya terpesona oleh keindahan arsitektur bangunan yang megah. Dinding-dinding masjid yang dihiasi dengan ukiran indah dan ornamen khas Jawa menciptakan nuansa keagungan yang kental. Begitu masuk ke dalam masjid, saya disambut oleh suara gemerincing air dan aroma wewangian khas masjid yang menenangkan hati. Fasilitas di Masjid Tegalsari terjaga dengan baik, dan keaslian beberapa material bangunan masih terjaga meskipun telah mengalami beberapa kali pemugaran. Di tempat wudhu, saya melihat bak air besar berbentuk persegi dengan gayung-gaung yang tersedia, serta ukiran bermotif batik pada dinding sebagai hiasan yang menambah kekhasan tempat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun