PendahuluanÂ
Pemikiran Islam moderat yang dianut oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang dikenal sebagai Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jamaah), menghadapi berbagai tantangan yang semakin kompleks di era modern ini. Seiring dengan perkembangan globalisasi, ideologi transnasional, baik yang berbasis agama maupun sekular, mulai merambah dan menyebar dengan cepat.Â
Tantangan ini mengancam untuk menggeser nilai-nilai fundamental yang menjadi pijakan utama Aswaja, yang selama ini menjadi landasan bagi pemahaman Islam yang moderat dan inklusif. Dalam konteks ini, pemahaman yang mendalam dan analisis yang cermat tentang dampak serta respons Aswaja terhadap tantangan-tantangan ini menjadi sangat penting.Â
Oleh karena itu, pendekatan yang komprehensif dan mendetail diperlukan untuk memahami bagaimana Aswaja dapat mempertahankan relevansinya di tengah dinamika perubahan global dan lokal yang semakin cepat. Dengan demikian, penelitian yang mendalam dan analisis yang kritis tentang dinamika hubungan antara Aswaja dengan berbagai ideologi transnasional akan menjadi kontribusi yang berharga dalam menggali solusi-solusi untuk menjaga keutuhan dan keberlanjutan pemikiran Islam moderat di masa depan.
Karakteristik AswajaÂ
Aswaja didasarkan pada prinsip-prinsip tawassuth (moderasi), tawazun (keseimbangan), ta'adul (keadilan), dan tasamuh (toleransi). Aswaja menghindari sikap ekstremis dan menghargai keberagaman budaya. Prinsip tawassuth mencerminkan semangat moderasi yang mengedepankan pendekatan tengah dalam memahami ajaran Islam, menghindari penafsiran yang ekstrem atau radikal.Â
Tawazun menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam hubungan antara individu dan masyarakat maupun dalam pemahaman agama dan budaya. Ta'adul menekankan pentingnya penerapan keadilan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, maupun hukum.Â
Sedangkan tasamuh menekankan pentingnya sikap toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan, baik dalam agama, budaya, maupun pandangan politik. Dengan mendasarkan diri pada prinsip-prinsip ini, Aswaja mempromosikan nilai-nilai moderat yang memungkinkan keragaman budaya dan pemikiran untuk berkembang secara harmonis dalam masyarakat.Â
Dalam konteks globalisasi dan tantangan ideologi transnasional, pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip ini menjadi kunci dalam mempertahankan identitas dan relevansi Aswaja sebagai pemikiran Islam moderat yang inklusif dan berdaya tahan.
Tantangan Ideologi TransnasionalÂ