Langkah-langkah mitigasi yang tepat, seperti mempromosikan dialog dan komunikasi yang inklusif, serta memperkuat lembaga-lembaga demokratis, diperlukan untuk mengurangi risiko polarisasi politik dan memastikan stabilitas politik yang berkelanjutan.
2. Kekhawatiran akan timbulnya ketidakstabilan muncul karena adanya risiko presiden yang memiliki otoritas yang lemah dan koalisi yang rapuh, yang dapat mengganggu stabilitas politik. Ketidakstabilan politik dapat terjadi jika terpilihnya seorang presiden yang memiliki otoritas yang lemah.Â
Presiden yang tidak memiliki dukungan yang kuat atau mayoritas suara yang signifikan dapat menghadapi kesulitan dalam mengimplementasikan kebijakan atau mengatasi tantangan-tantangan politik yang kompleks. Hal ini dapat menghasilkan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan dan mengurangi efektivitas pemerintahan.
Selain itu, koalisi yang rapuh juga merupakan sumber potensial ketidakstabilan politik. Jika koalisi pemerintahan terdiri dari partai-partai yang memiliki perbedaan pandangan atau kepentingan politik yang besar, maka terdapat risiko konflik internal dan kebuntuan dalam proses pembuatan keputusan.Â
Hal ini dapat mengganggu jalannya pemerintahan dan mengurangi kemampuannya untuk merespons secara efektif terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Ketidakstabilan politik dapat berdampak negatif terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk ekonomi, keamanan, dan kesejahteraan sosial. Ketidakpastian politik dapat membuat investor dan pasar keuangan menjadi tidak percaya, yang pada gilirannya dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.Â
Selain itu, ketidakstabilan politik juga dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga politik dan mengurangi kepercayaan publik terhadap pemerintah. Oleh karena itu, penting bagi negara untuk memperhatikan potensi risiko ketidakstabilan politik yang mungkin timbul sebagai akibat dari presiden yang lemah dan koalisi yang rapuh.Â
Langkah-langkah yang diambil untuk memperkuat stabilitas politik, seperti membangun konsensus yang kuat antara partai politik dan memperkuat lembaga-lembaga demokratis, dapat membantu mengurangi risiko ketidakstabilan politik dan menciptakan lingkungan politik yang lebih stabil dan terprediksi.
KesimpulanÂ
Penghapusan ambang batas parlemen adalah langkah progresif yang pantas dihargai. Meskipun terdapat beberapa kekhawatiran terkait konsekuensinya, langkah ini diharapkan akan membawa dampak positif bagi demokrasi Indonesia. Namun, penerapannya pada ambang batas presidensial masih memerlukan pertimbangan yang cermat dan analisis yang mendalam untuk mengurangi risiko dan memperoleh manfaat yang maksimal.Â
Penghapusan ambang batas parlemen menandai kemajuan dalam memperluas partisipasi politik dan meningkatkan representasi dalam proses demokratis. Langkah ini mencerminkan komitmen untuk memperkuat prinsip kesetaraan dan inklusivitas dalam sistem politik. Namun demikian, penerapan ambang batas pada tingkat presidensial memunculkan kompleksitas dan risiko tersendiri yang perlu diatasi dengan hati-hati.
Pentingnya melakukan pertimbangan yang matang dan kajian mendalam dalam menerapkan ambang batas pada tingkat presidensial tidak dapat dipungkiri. Hal ini akan memastikan bahwa keputusan yang diambil mengenai ambang batas presidensial didasarkan pada data yang kuat dan mempertimbangkan dampak serta manfaat jangka panjang bagi demokrasi dan stabilitas politik Indonesia.Â