Chapter 3: Pergi dengan Janji untuk Kembali
Pagi menyingsing dengan kilauan matahari yang hangat, menyapa kedua insan yang baru saja mengisi malam mereka dengan keindahan. Arya dan Sari duduk di teras hotel, menikmati pemandangan hutan yang terbangun dari tidurnya.
Waktu terasa berjalan begitu cepat, dan saat itulah Arya menyadari bahwa dia harus pergi. Sari memandanginya dengan tatapan penuh cinta, tetapi juga dengan rasa kekhawatiran di matanya.
"Aku harus pergi, Sayang. Namun, aku berjanji aku akan kembali," ujar Arya, menggenggam tangan Sari erat.
Sari merasa berat hati, tetapi dia mencoba tersenyum, "Aku akan menunggumu, Sayang. Janjimu akan selalu menjadi cahaya di dalam hatiku."
Arya mencium kening Sari dengan lembut sebelum melangkah pergi, meninggalkan Sari dengan pandangan bingung dan rasa kehilangan yang mendalam.
Hari-hari berikutnya, Sari menghabiskan waktu dengan rindu dan harapan. Setiap sudut hotel tua itu, setiap bau kuno yang masih menyelimuti ruangan, mengingatkannya pada Arya. Waktunya terus berlalu, namun janji Arya tetap terukir di dalam hatinya.
Malam-malam sepi di hotel tua itu dihabiskan Sari dengan melihat bulan purnama, berharap Arya akan kembali seperti yang dijanjikan. Namun, seiring berjalannya waktu, keraguan mulai merayap di dalam hatinya. Apakah Arya benar-benar akan kembali?
Chapter 4: Penantian yang Panjang
Bertahun-tahun berlalu, tetapi Sari tidak pernah kehilangan harapannya. Dia hidup dengan setia pada janji yang terucap di bawah bulan purnama. Hotel tua itu menjadi saksi bisu dari setiap langkah dan doanya.
Di tidak pernah menikah, karena hatinya tetap setia menanti Arya. Foto Arya tetap berada di meja riasnya, dan setiap malam sebelum tidur, dia memandangi wajah Arya dalam foto itu.