Mohon tunggu...
Ahmad Wansa Al faiz
Ahmad Wansa Al faiz Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

Pengamat - Peneliti - Data Analis _ Sistem Data Management - Sistem Risk Management -The Goverment Interprestation Of Democrasy Publik Being.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merayakan Islam Dengan Belajar.

27 Desember 2024   13:46 Diperbarui: 27 Desember 2024   20:48 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Belajar" (Cussons Kid Indonesia).

Lebih jauh lagi, hadits ini juga dapat dipahami sebagai dorongan untuk terus belajar sepanjang hayat. Penggunaan kata "jalan" (طَرِيقًا) dalam hadits ini menyiratkan bahwa pencarian ilmu adalah sebuah proses yang berkelanjutan, bukan tujuan akhir yang sekali dicapai lalu selesai. Ini sejalan dengan konsep pendidikan seumur hidup yang dikenal dalam dunia modern.

Dari segi analisa maqam (tingkatan) hadits, kita dapat melihat beberapa tingkatan:

1. Tingkat Literal (Zahir): Pada tingkat ini, hadits dipahami secara harfiah bahwa orang yang mencari ilmu akan dimudahkan jalannya ke surga. Ini memberikan motivasi langsung bagi setiap Muslim untuk giat belajar.
2. Tingkat Simbolik (Ishary): Pada level ini, "jalan menuju surga" bisa diinterpretasikan sebagai jalan menuju kebahagiaan, kedamaian, dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Ilmu dilihat sebagai kunci untuk membuka pintu-pintu kebaikan dalam hidup.
3. Tingkat Spiritual (Haqiqi): Pada tingkatan yang lebih dalam, pencarian ilmu dipahami sebagai perjalanan spiritual menuju ma'rifatullah (pengenalan terhadap Allah). Semakin seseorang berilmu, semakin ia mengenal Tuhannya, dan semakin dekat ia kepada surga-Nya.
4. Tingkat Sosial: Hadits ini juga bisa dipahami dalam konteks sosial, di mana masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan akan menciptakan lingkungan yang lebih baik, lebih dekat dengan nilai-nilai surgawi.
5. Tingkat Universal: Pada tingkat ini, hadits dipahami sebagai prinsip universal yang berlaku untuk semua jenis ilmu yang bermanfaat, tidak terbatas pada ilmu agama saja, selama ilmu tersebut digunakan untuk kebaikan.

Dengan memahami hadits ini pada berbagai tingkatan, kita dapat melihat betapa dalamnya makna yang terkandung di dalamnya. Hadits ini tidak hanya relevan bagi individu Muslim, tetapi juga bagi masyarakat Islam secara keseluruhan, mendorong terciptanya budaya ilmu yang kuat dan berkelanjutan. Ini menegaskan posisi Islam sebagai agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan dan pembelajaran sepanjang hayat.



Referensi.


1. Shahih Muslim:
   - Imam Muslim, "Sahih Muslim", Kitab al-Dhikr wa al-Du'a wa al-Tawbah wa al-Istighfar, Bab Fadl al-Ijtima' 'ala Tilawat al-Qur'an wa 'ala al-Dhikr, Hadits No. 2699.

2. Sunan Abu Dawud:
   - Abu Dawud, "Sunan Abu Dawud", Kitab al-'Ilm, Bab al-Hathth 'ala Talab al-'Ilm, Hadits No. 3641.

3. Sunan at-Tirmidhi:
   - At-Tirmidhi, "Jami' at-Tirmidhi", Abwab al-'Ilm, Bab Fadl Talab al-'Ilm, Hadits No. 2646.

4. Tafsir dan Syarah Hadits:
   - An-Nawawi, "Syarh Sahih Muslim", penjelasan hadits tentang keutamaan mencari ilmu.
   - Ibn Hajar al-Asqalani, "Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari", pembahasan tentang bab ilmu.

5. Kitab-kitab Fiqh dan Ushul Fiqh:
   - Al-Ghazali, "Ihya 'Ulum al-Din", Kitab al-'Ilm.
   - Ibn Abd al-Barr, "Jami' Bayan al-'Ilm wa Fadlihi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun