Dalam perjalanan hidup, tentu kita akan menghadapi berbagai tantangan dan cobaan. Namun, dengan menjadikan cinta sebagai landasan dalam setiap tindakan dan keputusan, kita dapat melewati segala rintangan dengan lebih bijak dan sabar. Cinta memberi kita kekuatan untuk memaafkan, untuk bangkit kembali setelah terjatuh, dan untuk terus berjuang demi kebaikan.
Ketika akhirnya tiba saatnya bagi kita untuk meninggalkan dunia ini, seperti Hasan, kita pun dapat pergi dengan perasaan damai dan puas. Kita akan meninggalkan warisan berupa kenangan indah, teladan yang baik, dan dampak positif bagi orang-orang di sekitar kita. Kematian tidak lagi menjadi sesuatu yang menakutkan, melainkan sebuah perjalanan pulang yang dinantikan, di mana kita akan bertemu kembali dengan Sang Pencipta dan orang-orang yang kita cintai.
Mati dalam keadaan cinta bukanlah sebuah konsep yang abstrak atau tak terjangkau. Ia adalah sebuah pilihan hidup, sebuah komitmen untuk menjalani setiap hari dengan hati yang terbuka dan penuh kasih sayang. Dengan demikian, kita tidak perlu menunggu hingga usia senja untuk mulai mencintai. Setiap saat, setiap kesempatan, adalah waktu yang tepat untuk menanam dan menumbuhkan cinta dalam hati kita.
"Cinta Ilmu" : Kisah Ali Bin Abi Tholib, RA. "Memilih Ilmu Saat Di Tanya Oleh Nabi.
Ali bin Abi Thalib adalah sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW. Beliau dikenal sebagai salah satu sahabat terdekat Nabi dan juga dikenal akan kecerdasannya. Kisah ini menceritakan tentang kecintaan Ali terhadap ilmu pengetahuan.
Suatu hari, Nabi Muhammad SAW mengajukan pertanyaan kepada para sahabatnya. Beliau bertanya, "Jika kalian diberi pilihan antara harta, kekuasaan, atau ilmu, mana yang akan kalian pilih?"
Para sahabat memberikan jawaban yang beragam. Ada yang memilih harta karena bisa digunakan untuk membantu orang lain. Ada pula yang memilih kekuasaan karena bisa digunakan untuk menegakkan keadilan.
Ketika giliran Ali bin Abi Thalib tiba, ia menjawab dengan tegas, "Aku memilih ilmu."
Nabi Muhammad SAW kemudian bertanya, "Mengapa engkau memilih ilmu, wahai Ali?"
Ali menjawab dengan bijaksana, "Wahai Rasulullah, harta bisa habis dan kekuasaan bisa hilang, tetapi ilmu akan selalu menyertai pemiliknya. Dengan ilmu, seseorang bisa mendapatkan harta dan kekuasaan, tetapi harta dan kekuasaan tidak bisa mendatangkan ilmu. Ilmu adalah cahaya yang akan menerangi jalan menuju kebaikan dan kebenaran."
Mendengar jawaban Ali, Nabi Muhammad SAW tersenyum dan memuji kebijaksanaannya. Beliau bersabda, "Engkau benar, wahai Ali. Ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan para raja. Ilmu akan menjaga pemiliknya, sementara pemilik harta harus menjaga hartanya."