Merayakan Islam (Hadis Tentang Ilmu) Dengan Belajar.
Mengutip ayat dalam kitabullah Al-qur'anulkarim.
وَمِنۡ اٰيٰتِهٖۤ اَنۡ خَلَقَ لَكُمۡ مِّنۡ اَنۡفُسِكُمۡ اَزۡوَاجًا لِّتَسۡكُنُوۡۤا اِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُمۡ مَّوَدَّةً وَّرَحۡمَةً ؕ اِنَّ فِىۡ ذٰ لِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوۡمٍ يَّتَفَكَّرُوۡنَ ٢١
artinya :Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
Merayakan Islam dengan belajar, terutama dalam konteks hadits tentang ilmu, adalah pendekatan yang sangat sesuai dengan ajaran Islam. (Surat Arr-rum 21).
Berikut adalah beberapa poin penting tentang bagaimana kita bisa merayakan Islam melalui proses belajar:
1. Memahami Nilai Ilmu dalam Islam:
- Islam sangat menekankan pentingnya ilmu. Ayat pertama yang diturunkan dalam Al-Qur'an (Surah Al-Alaq: 1-5) berkaitan dengan membaca dan belajar.
- Hadits Nabi Muhammad SAW menyatakan, "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim" (HR. Ibnu Majah).
2. Belajar sebagai Ibadah:
- Niat belajar untuk mencari ridha Allah mengubah aktivitas belajar menjadi ibadah.
- Setiap langkah menuju majelis ilmu dianggap sebagai langkah menuju surga.
3. Mengembangkan Pemahaman yang Komprehensif:
- Belajar tidak hanya terbatas pada ilmu agama, tetapi juga ilmu duniawi yang bermanfaat.
- Mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai Islam.
4. Menerapkan Ilmu dalam Kehidupan:
- Ilmu yang bermanfaat adalah yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Hadits menyebutkan, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain" (HR. Ahmad).
5. Berbagi Ilmu:
- Mengajarkan ilmu kepada orang lain adalah bentuk sedekah jariyah.
- Nabi bersabda, "Sampaikanlah dariku walau satu ayat" (HR. Bukhari).
6. Belajar Sepanjang Hayat:
- Islam mengajarkan konsep belajar seumur hidup.
- "Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat" (Hadits).
7. Mengembangkan Akhlak Melalui Ilmu:
- Ilmu seharusnya meningkatkan akhlak dan kepribadian seseorang.
- "Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya" (HR. Bukhari).
8. Memanfaatkan Teknologi untuk Belajar:
- Menggunakan media digital dan online untuk mengakses sumber-sumber ilmu Islam.
- Berpartisipasi dalam webinar, kelas online, atau forum diskusi Islam.
9. Membangun Komunitas Belajar:
- Membentuk kelompok belajar atau halaqah untuk mendiskusikan ilmu Islam.
- Menghadiri majelis ilmu di masjid atau pusat Islam.
10. Refleksi dan Introspeksi:
- Merenungkan ilmu yang dipelajari dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan.
- Melakukan muhasabah (introspeksi diri) secara teratur.
11. Menghargai Keragaman Pemikiran:
- Belajar dari berbagai mazhab dan pemikiran dalam Islam.
- Menghormati perbedaan pendapat dalam masalah fiqhiyah.
12. Mengembangkan Keterampilan Kritis:
- Belajar untuk memahami konteks hadits dan ayat Al-Qur'an.
- Mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara sumber yang otentik dan tidak.
Dengan merayakan Islam melalui belajar, kita tidak hanya meningkatkan pemahaman kita tentang agama, tetapi juga:
Sebagai jalan, dalam memperkuat iman, sebab, dengan semakin dalam ilmu yang dipelajari, semakin kuat keimanan seseorang. Sejalan yang difirmankan oleh Allah S.w.t dalam kitab suci Al-qur'an yakni, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama" (QS. Fatir: 28).
Disamping itu pula, merupakan, suatu kegiatan dalam "Mengembangkan Karakter" bahwa, Ilmu pengetahuan yang benar akan membentuk karakter yang baik (akhlaqul karimah). Sekaligus, dengan menerapkan adab dalam mencari ilmu, seperti menghormati guru dan sesama penuntut ilmu. Terlebih dari itu, pula, merupakan ihwal, kontribusi, dimana, "Berkontribusi pada Masyarakat" dengan menggunakan ilmu untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Dalam, berpartisipasi dalam pengembangan masyarakat berbasis pengetahuan Islam. Dan, menjaga keseimbangan, dalam hal menyeimbangkan antara ilmu duniawi dan ukhrawi. Tak, lain, dari penerapan ayat suci al-qur'an secara implementasi, dengan menerapkan konsep "Iqra" (membaca) dalam konteks yang luas, meliputi alam semesta dan fenomena sosial. Yang tentunya bertujuan meningkatkan "Kesadaran Spiritual" dan, melatih diri supaya menggunakan ilmu sebagai jalan untuk lebih mengenal Allah SWT. Belajar, merupakan media dalam mengembangkan kecerdasan spiritual melalui pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam. Dan, memelihara Warisan Intelektual Islam, dengan mempelajari dan melestarikan karya-karya ulama klasik. Serta mengapresiasi kontribusi ilmuwan Muslim dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Sebagai suatu antisipasi dalam "Menghadapi Tantangan Modern" pentingnya dan keutamaan nilai dalam belajar atau "menuntut ilmu" dan menggunakan ilmu untuk menjawab isu-isu kontemporer dari perspektif Islam. Dan, sebagai jembatan dan landasan berpijak, dan mengembangkan pemahaman Islam yang relevan dengan zaman tanpa meninggalkan prinsip-prinsip dasar.
Disamping dengan membangun "Dialog Antar Iman" sehingga menggunakan ilmu untuk memfasilitasi pemahaman dan dialog antar agama. Yang mempromosikan nilai-nilai universal Islam melalui pengetahuan dan pemahaman yang mendalam.
Dengan merayakan Islam melalui belajar, kita tidak hanya memperkaya diri sendiri, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan umat dan masyarakat secara luas. Ini adalah cara untuk menghidupkan semangat Islam yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan peradaban.
Mati Dalam Keadaan Cinta - Qiyas Perumpamaan Hikmah.
Di tengah keheningan malam yang syahdu, seorang pria tua bernama Hasan terbaring di ranjangnya. Matanya yang sudah mulai rabun menatap langit-langit kamar, sementara pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Delapan puluh tahun hidupnya telah ia lalui, dan kini ia merasa waktunya semakin dekat.
Hasan tersenyum lembut, mengingat perjalanan hidupnya yang penuh warna. Ia teringat akan cinta pertamanya, Aminah, yang kini telah mendahuluinya pergi ke alam baka. Mereka telah mengarungi bahtera rumah tangga selama lima puluh tahun, melewati suka dan duka bersama. Meski Aminah telah tiada, cinta Hasan padanya tak pernah pudar.