Mohon tunggu...
Ahmad Wansa Al faiz
Ahmad Wansa Al faiz Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

Pengamat - Peneliti - Data Analis _ Sistem Data Management - Sistem Risk Management -The Goverment Interprestation Of Democrasy Publik Being.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Fana

3 November 2024   02:05 Diperbarui: 3 November 2024   03:22 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


1/


Di sini, engkau meninggalkanku dalam sunyi
sepi yang lamat-lamat merunduki celah-celah buram waktu
dalam kolase yang lebih klise dari bias, "seperti biasanya"

meski demikian, yang menyakitkan, langkahmu, lamat-lamat
menghela nafas akhir pada dini hari itu?
menyemayamkan duka yang tidak diduga
engkau telah abadi di dalm ingatan dan khayalku
imaji tentang masa lalu berbatas balut kisah mengenai cerita-cerita
engkau telah menjadi racun bagi kewarasanku


2/


lagi,
telah aku ingkari sejarah
namun, mimpi dan cita-serta cinta mereka yang mati
masih aku kenang

sebab, mereka yang telah pergi dan mati
mereka yang lebih awal bertemu dengan kebenaran
dan yang maha benar.

dan, dalam kepastian hidup
mereka yang hidup tetaplah salah -
di mata nurani yang hakiki.


A.W.e
Bandar Lampung, 
03/10/2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun