Mohon tunggu...
El Sabath
El Sabath Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

"Akar sosial adalah masyarakat dan kajemukan, dan "Fenomena Sosial Di dasarkan pada gambaran nilai normatif Individu, terhadap ruang interaktif relasi sosial, hal yang mendasar adalah sosial sebagai fenomena individu yang tidak terlepas dari sumberdaya, yang relatif dan filosofis, dan apakah ranah sosial adalah sesuatu yang sesuai makna filosofis, atau justru gambaran dari kehampaan semata, yang tidak dapat di ukur sikap atau ruang lingkup sosialkah, yang berarti suatu ilutrasi pamplet kekacauan revolusi massa, atau komunisme historis dalam sejarah pergerakan politik?"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dialog Tiga Benua: "Black Monday" 19 Oktober 1987 - dan Bintaro: Menelusuri Jejak Kemanusian Kita Hari Ini

13 Oktober 2024   16:11 Diperbarui: 13 Oktober 2024   16:14 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

## Cinta Indonesia dalam Konteks Kebahasaan.

Cinta terhadap Indonesia dapat diekspresikan melalui apresiasi dan pelestarian keragaman bahasanya. Ini termasuk upaya untuk mendokumentasikan bahasa-bahasa yang terancam punah, seperti yang dilakukan oleh proyek "Bahasa-Bahasa yang Terancam Punah di Indonesia" [4]. Selain itu, penggunaan kata-kata dari berbagai bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari menunjukkan rasa bangga terhadap warisan budaya yang beragam.

## Kesimpulan.

Konstelasi bahasa Indonesia adalah cerminan dari keragaman dan kekayaan budaya negara ini. Melalui pendekatan logis kenusantaraan, kita dapat menghargai dan melestarikan kebijaksanaan lokal yang terkandung dalam bahasa-bahasa daerah, sambil tetap memupuk rasa cinta terhadap identitas nasional. Tantangan ke depan adalah bagaimana mempertahankan keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian warisan linguistik, sehingga konstelasi bahasa Indonesia dapat terus bersinar dalam konotasi Nusantara yang khas.

---

Referensi:

[1] Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2021). Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia.

[2] Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

[3] Pranowo. (2015). Unsur-Unsur Kearifan Lokal dalam Bahasa Jawa. Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, 9(1), 1-13.

[4] Lauder, M. R. M. T. (2018). Obstacles to Creating an Inventory of Languages in Indonesia: A Dialectology Perspective. In Proceedings of the 28th Pacific Asia Conference on Language, Information and Computing, 313-317.
Referensi:

[1] Latif, Y. (2018). The Religiosity, Nationality, and Sociality of Pancasila: Toward Pancasila through Soekarno's Way. Studia Islamika, 25(2), 207-245.

[2] Morfit, M. (1981). Pancasila: The Indonesian State Ideology According to the New Order Government. Asian Survey, 21(8), 838-851.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun