Mohon tunggu...
El Sabath
El Sabath Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

"Akar sosial adalah masyarakat dan kajemukan, dan "Fenomena Sosial Di dasarkan pada gambaran nilai normatif Individu, terhadap ruang interaktif relasi sosial, hal yang mendasar adalah sosial sebagai fenomena individu yang tidak terlepas dari sumberdaya, yang relatif dan filosofis, dan apakah ranah sosial adalah sesuatu yang sesuai makna filosofis, atau justru gambaran dari kehampaan semata, yang tidak dapat di ukur sikap atau ruang lingkup sosialkah, yang berarti suatu ilutrasi pamplet kekacauan revolusi massa, atau komunisme historis dalam sejarah pergerakan politik?"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dialog Tiga Benua: "Black Monday" 19 Oktober 1987 - dan Bintaro: Menelusuri Jejak Kemanusian Kita Hari Ini

13 Oktober 2024   16:11 Diperbarui: 13 Oktober 2024   16:14 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

## Kesimpulan.

Pancasila, sebagai falsafah nilai dan majemuk, memiliki potensi signifikan untuk berkontribusi pada diskursus global tentang nilai-nilai universal dan pengelolaan keragaman budaya. Dengan prinsip-prinsipnya yang inklusif dan holistik, Pancasila dapat menjadi sumber inspirasi bagi upaya-upaya untuk membangun pemahaman lintas budaya dan menciptakan keharmonisan dalam keberagaman di tingkat global.

Dalam menghadapi tantangan dunia kontemporer, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat menawarkan perspektif berharga untuk mengatasi ketegangan antara tradisi lokal dan tuntutan globalisasi. Dengan demikian, Pancasila tidak hanya relevan sebagai ideologi nasional Indonesia, tetapi juga sebagai kontribusi penting dalam dialog global tentang nilai-nilai universal dan pengelolaan keragaman budaya.

---

# Konstelasi Bahasa: Logis Kenusantaraan: Kebijaksanaan & Cinta Indonesia Dalam Konotasi Nusantara.

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki kekayaan bahasa dan budaya yang luar biasa. Keragaman ini membentuk apa yang kita sebut sebagai "konstelasi bahasa" - sebuah jaringan kompleks interaksi linguistik yang mencerminkan identitas nasional yang unik. Dalam esai ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana logika kenusantaraan, kebijaksanaan lokal, dan cinta terhadap Indonesia saling berkaitan dalam konteks kebahasaan Nusantara.

## Konstelasi Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional, memainkan peran penting dalam menyatukan berbagai kelompok etnis. Namun, keberadaannya tidak menghilangkan pentingnya bahasa-bahasa daerah. Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, terdapat 718 bahasa daerah di Indonesia [1]. Keragaman ini membentuk sebuah konstelasi linguistik yang unik, di mana bahasa-bahasa saling mempengaruhi dan berkembang bersama.

## Logis Kenusantaraan

Konsep "logis kenusantaraan" mengacu pada pendekatan rasional dalam memahami dan mengelola keragaman budaya Indonesia. Ini termasuk upaya untuk melestarikan bahasa-bahasa daerah sambil mempromosikan bahasa Indonesia sebagai lingua franca. Kebijakan bahasa di Indonesia telah berusaha untuk mencapai keseimbangan ini, seperti yang terlihat dalam UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan [2].

## Kebijaksanaan Lokal dalam Bahasa.

Bahasa-bahasa daerah di Indonesia kaya akan ungkapan dan peribahasa yang mencerminkan kebijaksanaan lokal. Misalnya, pepatah Jawa "Memayu hayuning bawana" (mempercantik keindahan dunia) mencerminkan filosofi hidup yang harmonis dengan alam dan sesama [3]. Kebijaksanaan semacam ini sering kali sulit diterjemahkan secara harfiah, menunjukkan pentingnya mempertahankan keragaman bahasa untuk melestarikan pengetahuan tradisional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun