Kondisi ini menyebabkan buruh jermal terpuruk dalam lingkaran setan. Kehidupan mereka tidak ubahnya seperti sistem rodi yang diterapkan pemerintah kolonial Belanda. Kekerasan yang tampak ke permukaan dari kehidupan di jermal pada dasarnya dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu kekerasan fisik, kekerasan sosial, kekerasan psikologi dan kekerasan seksual.
Karena tulisan ini fokusnya pada kekerasan seksual, maka hanya bentuk kekerasan ini saja yang dipaparkan. Bentuk kekerasan seksual yang seringkali terjadi adalah sodomi yang dilakukan oleh pekerja dewasa terhadap pekerja anak. Kadangkala mandor juga melakukan hal yang sama, namun kuantitasnya kecil. Mandor yang melakukan praktek sodomi biasanya adalah mandor-mandor yang belum menikah, sedangkan yang sudah menikah tidak melakukannya. Bentuk kekerasan seksual lain adalah mempermainkan alat kelamin pekerja anak, yang dilakukan oleh pekerja dewasa. Biasanya mereka memegang alat kelamin lalu meremasnya. Ada juga yang sengaja melakukan praktek onani kepada anak-anak.
Apa yang dialami Ron (pekerja anak jermal) ketika dia disodomi sangat mengiris hati. Ron dipaksa melayani kebuasan Tagor (pekerja dewasa). Malam itu betul-betul merupakan malam yang naas baginya. Tagor yang bertubuh gelap dan kekar mengajak Ron keluar pada saat pekerja lain sedang terlelap. Ron tidak merasa curiga ketika dia terjaga. Namun, betapa terkejutnya ketika Tagor menelanjangi dan mengancam dirinya. Dia mengalami perlakuan yang tidak manusiawi. Selesai disodomi, kemaluannya diremas-remas oleh Tagor.
Kasus yang dihadapi Mulyono (14 tahun) berbeda lagi. Mul, begitu dia biasa dipanggil, tidak bisa berkata apa pun ketika M (pekerja dewasa) memperkosanya (menyodomi).
Selain dua bentuk kekerasan seksual yang disebutkan di atas (sodomi, dan paksaan untuk onani) bentuk lain kekerasan seksual yang sering diterima anak adalah mempermainkan alat kelamin pekerja anak, mempertontonkan alat kelamin pekerja dewasa dan juga penelanjangan secara paksa oleh pekerja dewasa kepada pekerja anak.
Rekomendasi
Penghapusan pekerja anak di jermal mendesak dilakukan. Anak-anak yang kini berada di jermal seyogianya dicarikan tempat yang lebih layak bagi mereka karena situasi dan kondisi di jermal terlalu keras untuk menyeret mereka ke dalam beragam bentuk praktek eksploitasi.
Penghapusan pekerja anak jermal ini perlu didudukkan sebagai program yang segera dilakukan dan diiringi dengan pengawasan yang efektif. Penting juga untuk menyusun satu program yang mampu menyosialisasikan gagasan reproduksi sehat di jermal. Gagasan reproduksi sehat ini dapat dilakukan oleh LSM, pemerintah dan komponen-komponen pengambil kebijakan yang bergerak di sektor publik lainnya, yang dapat memainkan perannya dalam bidang ini.
Departemen Kesehatan diharapkan dapat menjadi ujung tombak program ini melalui kegiatan terjun ke jermal: penyuluhan kesehatan, pemeriksaan, dan pengobatan menjadi penting untuk dilaksanakan. Sosialisasi reproduksi sehat ini khususnya ditujukan kepada para pekerja dewasa dan pemilik jermal. Sosialisasi ini juga bisa diparalelkan dengan menyelipkan isu tentang bahaya PMS dan HIV/AIDS kepada mereka. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H